Semakin banyak orang yang kita temui, maka semakin banyak pula berbagai karakter seseorang yang kita tahu. Kemarin, saat mengantar undangan ke rumah teman, kebetulan karena itu kali kedua kunjungan saya dan dengan rute yang berbeda alhasil saya takut nyasar, bertanyalah saya pada orang.
Tepat di depan suatu salon.
Sumber di SINI |
"Mbak ndherek tangklet (ikut tanya). Gang ini apakah yang menuju SD tiiiittttt itu ya, Mbak?" tanya saya pada orang yang duduk agak jauh dari temannya yang sedang dilayani pemilik salon-saya kira- Belum sempat menjawab, pemilik salon tersebut yang langsung nerocos bagaikan mercon yang ujungnya tidak memberikan jawaban. Saya pun pamit.
Hmmm... Mungkin ogah ditanya-tanya. Pikir saya.
"Matursuwun... nggih. Monggo."
Adik saya yang nangkring di atas motor langsung ngedumel, persis dengan perkiraan saya, "Tanya kok malah dijudesin. Tahu gitu nggak usah tanya sini."
"Sudahlah. Ayo lanjut saja, lurus tidak usah masuk gang itu. SMS Mbak Eka aja suruh nunggu di gang." Perintah saya sambil menyalakan mesin motor.
Setelah bertemu dan sampai di rumah teman, saya nyeletuk, "Tadi kan bingung gang sebelah mana, nah tanya orang yang di sana tuh, eh malah dimarahin, judes."
"Loh, tanya alamat sini? Kamu tanya di mana?"
"Itu tuh yang salon dekat tiiittt...."
"Ohhh...ya ya. Emang gitu orangnya. Aku dulu juga pernah kena judesnya. Padahal aku mau tanya ada gas nggak di situ. Eh malah dislantap, kabur deh nggak mau ke situ lagi sampai sekarang."
***
Belajar dari pengalaman. Kesan kita terhadap orang bagi saya penting. Apalagi kita hidup bermasyarakat. Tak ingin rasanya dikenal sebagai sosok yang jelek. Namun bukan berarti kita jadi manusia bertopeng. Ya, sewajarnyalah.
Apa yang kita berikan akan kembali lagi pada kita. Kita judes kepada orang ya nanti juga ada yang gantian judes kepada kita. Bukan mendoakan. Bukankah karma itu tak perlu menunggu sampai alam kubur. Idiiihh...jadi serem. Lagian buat apa sih ya judes, takut ah kalau rezekinya kabur.
0 komentar:
Posting Komentar