Sabtu, 16 Mei 2015

Nrimo Ing Pandhum

Assalamualaikum.

Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain. Berkutat dengan segala apa yang ada di sekitar kita. Banyak kejadian yang terjadi. Semua tak terduga. Kita tak dapat mereka-reka. Ah, yang penting jangan pernah lupa kalau apa yang kita lakukan harus dilandasi semata karena Allah.
***
Sabar, nrimo ing pandhum (menerima apa yang sudah digariskan), rasanya itu memang sulit. Pengalaman lah yang nantinya akan mengajari kita arti sebenarnya dari nrimo ing pandhum. Butuh waktu dan proses. Apakah lama? Tergantung dari diri kita masing-masing.

Ada kalanya, si A, begitu cepat mengambil hikmah dari apa yang dia alami dan kemudian belajar bangkit dari hal tersebut. Namun ada pula si B, yang begitu naif hingga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi bahkan bisa sampai jatuh di lubang yang sama. Bodohkan si B? Tidak. Prosesnya saja yang agak lola-loading lama.
Sumber di SINI
Nrimo ing pandhum, salah satu contoh kisahnya, Anda sudah bekerja begitu sangat keras dan maksimal menyelesaikan tugas, sedangkan ada seorang teman Anda (satu tim) yang hanya bekerja ala kadarnya. Eh tahu-tahu endingnya justru dia yang memperoleh materi yang lebih dibandingkan Anda. Apakah Anda merasa kesal?


Pernah mengalami kejadian serupa?

Perasaan kesal pasti akan muncul. Merasa tak adil. Pertanyaan, "Kok gini?" pasti akan muncul dalam benak kita.

Sadarkah Anda?

"Jika memang kerja keras saya tak dihargai dengan materi yang setimpal. Saya yakin kurangnya itu akan diganti oleh Allah dengan yang lainnya. Saya akan diberi keluarga yang bahagia, sehat, cinta kasih yang melimpah, dll."

Ah, seandainya perasaan nrimo ing pandhum itu muncul di setiap hati seseorang. Dunia ini akan begitu damai. Hihihi. Akan ada sebuah pengakuan yang begitu arif seperti di atas.

Nrimo ing pandhum bukan berarti yo wis lah, tak ada usaha. Nrimo ing pandhum itu lebih menyerahkan semua kepada Allah dan meyakini kalau Allah memiliki cerita lain untuk kita. Dunia ini akan indah jika setiap manusia paham betul arti dari Nrimo ing pandhum.
IKLAN 3

Related Posts:

  • Guru: Digugu lan DitiruBenar saja ungkapan ini, gurunya kencing berdiri, murid kencing berlari. Duh..duh...duh...Gurunya tidak pakai sepatu, muridnya juga. Gurunya membuang … Read More
  • Mengenal Warna dengan BernyanyiMemiliki anak yang cerdas memang idaman setiap orang tua. Tapi yang perlu diingat, itu semua tidak bisa dipukul rata untuk setiap anak. Mereka memilik… Read More
  • PR, lagi-lagi PRAnak-anak itu tidak bisa ditebak ya? Semenit tertawa, semenit kemudian nangis, sepuluh menit kemudian ada yang ngambek. Olala. Kepala saya bisa-bisa p… Read More
  • Perlukah PR untuk Siswa?Sudah lama saya ingin mencicipi bakso yang ada di dekat sekolah tempat saya mengajar. Alhamdulillah, kesampaian juga. Sebenarnya ada modus lain sih, a… Read More
  • (Jangan) Melewatkan Kesempatan“Ah guru baru, GTT, bisa apa sih?”“Nanti kalau saya tidak bisa bagaimana? Nanti kalau ini bagaimana?”“Anak-anak bagaimana?”***Banyak alasan tidak akan… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog