Kamis, 10 Juli 2014

My Silly Moment: Mr. Biologi

Seperti biasa, setiap kali ada kesempatan liburan, saya dan kedua teman SMP saya, sebut saja A dan B membuat janji untuk bertemu. Nah, saat itu saya dan si A berkunjung ke rumah si B. Kami bernostalgia dengan cerita masa SMP, saya pun menceritakan suatu rahasia pada kedua teman saya satu ini sambil makan bakso.
***
Saat itu saya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Sama dengan anak SMP masa kini, kalau sudah kelas 3 pasti ada les tambahan baik di pagi hari atau setelah pulang sekolah. Saya rasa anak manapun akan merasa bosan bahkan jenuh kalau sudah sampai masa ini meskipun tahu ada tujuan dibalik itu semua. Tapi berbeda dengan saya.

Saya punya kecengan. Bukan teman satu sekolah lho ya melainkan cowok yang sering saya temui di bus. Jadi, setiap berangkat dan pulang sekolah kita selalu bertemu karena kita naik bus yang sama. Entah kebetulan atau bagaimana tapi bus langganan kita sama. Eh tahu nggak, cowok kecengan saya itu kelas 3 SMA lho. Tak tahu diri banget kan saya?

Singkat cerita, saya cerita tuh sama teman saya. Eh, pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata teman saya itu sedikit tahu tentang cowok yang saya maksud. Lebih tepatnya dia tahu cowok itu dari kakaknya yang ternyata satu sekolah-satu kelas pula dengan cowok yang saya maksud. Asyiikkk...Darinya saya tahu namanya dan ternyata dia itu jago banget dengan mata pelajaran Biologi sampai-sampai di kelasnya mendapat julukan Mr. Biologi. Catat!

Seringnya bertemu, seringnya curi-curi pandang kok hati saya jadi ser-ser-an ya. Ihiirr...setan cinta pun mampir ke otak saya. Pokoknya saya harus tahu nomor hape Mr. Biologi, bagaimanapun caranya. Tapi, saya malu kalau harus minta sama teman saya. Gengsi dong, saya juga takut kalau teman saya itu juga tertarik dengan Mr.Biologi.

Mengingat minggu depan anak SMA sudah mau ujian, maka saya prediksikan intensitas saya dan dia untuk bisa bertemu dalam bus akan semakin berkurang. Oke, saya pun merencanakan sesuatu agar saya bisa mendapatkan nomor hapenya. Sepulang sekolah, saya pun naik bus langganan saya. Clingak-clinguk mencari sosoknya, Mr. Biologi. Oh tidak, mata kami beradu, jantung saya berdegup kencang melebihi kencangnya laju bus yang saya tumpangi. Saya pun memilih tempat duduk dua baris di depannya.

“Oke, Cha. Kamu yakin akan melakukan semua ini?” tanya saya pada diri saya sendiri.

Jantung saya sudah tak karuan. Oke, sebentar lagi akan sampai di pertigaan dan saya harus turun. Rencana itu harus saya realisasikan. Saya pun berdiri dari tempat duduk saya. Berjalan menuju ke arah Mr. Biologi dan saat sampai di baris kursinya, wuiiingggg...benda itu tepat kena hidung mancungnya.

Apa yang saya lempar ke arah Mr. Biologi? Ini dia.

Sebuah kertas kucel yang berisi pesan singkat

***
“Hahahahaha...kamu beneran? Nggak bohong?” tanya si A yang diikuti tawa si B.
“Ya, beneraaan. Kenapa?” tanya saya.
“Nggak papa sih. Lha, Mr. Biologi habis itu hubungi kamu?” tanya teman saya.
“Hem, nggak!” jawab saya malu.
“Hehehe...mungkin karena saat itu Mr. Biologi kan pacar Mbakku.” Kata teman saya seakan ngece saya.
“Hakk??” buru-buru saya minum es teh.
“Kenapa? Keselek?” tanya teman saya lagi.
“Nggak. Pengen minum saja.” Kata saya jengkel.

#497 kata



IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog