Skripsi saya tinggal selangkah lagi. ACC dari dosen pembimbing 1 telah berhasil saya kantongi, tinggal ACC dari dosen pembimbing 2. Semoga lekas dapat jalan yang terbaik. Meskipun sampai sekarang skripsi saya masih acakadul. Hiks.
Kali ini saya tidak akan menceritakan bagaimana skripsi saya, melainkan cerita sosok dosen pembimbing 1 saya. Sejak awal bertemu dengan beliau, ada sesuatu yang berbeda. Beliau itu unik. Ehm, uniknya itu ceplas-ceplos tapi kok ya pas terus, gemar menciutkan nyali mahasiswa, dan suka mengobrak-ngabrik hati mahasiswa. Hahaha.
Bagaimanakah cara beliau mengobrak-abrik hati saya?
“Kamu itu kenapa kalau ketemu saya kelihatan takut.” kata beliau kepada saya seminggu yang lalu.
“Gimana nggak takut pak, setiap kali ke sini selalu diusir.”
“Lha kamu pantas diusir ndak?” tanya beliau sambil drengesan. Hahaha.
Saya hanya diam dan menyodorkan berkas bimbingan saya.
Pernah juga,
“Kamu itu ngapain bimbingan? Sana pulang saja.” Setelah itu berkas bimbingan saya malah diminta dan dikoreksi. Yes!
Atau,
“Kamu itu kan hobinya menunda-nunda, makanya nggak ikut wisuda April.” Aduh, kata-kata ini yang sempat membuat saya hampir nangis dleweran di depan beliau. Tapi saya masih kuat dan dari kalimat itu sampai sekarang setiap kali saya bimbingan beliau selalu bertanya, “Kamu kapan ke hutan lagi? Jarang lho ada anak kuliahan yang mau terjun ke sawah bantu orangtuanya apalagi keluar masuk hutan kayak kamu. Segera selesaikan skripsimu, ndang masuk hutan lagi. Hahahaha.” Terimakasih ya Allah.
Masih banyak lagi cerita unik yang saya dapatkan dari beliau. Tapi perbincangan saya dengan beliau tempo hari, membuat saya kembali berpikir dan menyesali kenapa kebiasaan membaca saya masih kurang optimal.
“Jadi perempuan itu harus cermat. Dibaca dan dibaca lagi skripsi kamu. Kalau nggak cermat nanti tidak ada laki-laki yang naksir kamu. Pokoknya itu nanti dibaca lagi sebelum kamu print ulang dan mendaftar sidang. Ingat, baca saja, tidak usah dipelajari.”
“Kok gitu pak?”
“Kamu tahu kan saya begitu nglothok dengan cerita Ramayana dan Mahabarata? Itu karena apa? Saya sudah membaca bukunya lebih dari 10 kali. Saya tidak pernah mempelajarinya. Saya hanya membaca.”
“Membaca itu tidak sama dengan belajar ya, Pak?”
“Ya, tidak! Belajar. Coba saya bilang, jangan lupa kamu pelajari tentang A, pasti mindset kamu langsung ah ini paksaan. Beda kalau saya bilang coba kamu baca tentang A. Mindset kamu akan berbeda.”
“Ehm....”
“Tesis saya itu 1000 halaman, kalau saya pelajari bisa-bisa saya botak. Tapi apa yang saya lakukan? Saya hanya membaca, membaca, dan membacanya sampai nglothok.”
“Baik, Pak. Sayaakan membaca lagi.”
“Biasakan dalam dirimu sehari itu harus membaca. Kalau sudah terbiasa pasti nanti akan ada yang kurang kalau sehari saja kamu tidak membaca.”
“Hehehehe...” saya manggut-manggut.
0 komentar:
Posting Komentar