Ngabuburit? Saya artikan sebagai kegiatan ‘ringan’ yang bermanfaat. Tapi sayang, ngabuburit saya tak selamanya ringan.
Seperti anak perempuan yang lainnya, tiap kali waktu ngabuburit tiba, tepatnya pukul 16.00 WIB saya sudah selesai membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, yaitu menyapu lantai rumah dan halaman depan rumah. Setelah itu mandi dan kemudian bersiap-siap untuk melanjutkan tugas selanjutnya. Tugas apakah itu?
|
Ngabuburit di toko tanaman |
Memasak. Bukan. Urusan memasak ibu yang megang. Ramadan kali ini saya mendapat tugas rutin oleh ibu untuk menyiram tanaman di toko tanaman milik keluarga kami. Namanya juga toko tanaman ya, bisa dibayangkan tanaman di sana tak hanya satu jenis, tapi banyak. Toko kami menjual berbagai macam tanaman holtikultura, seperti bibit mangga, jambu, kelengkeng, jeruk, sawo, duren, jati, mahoni, dsb.
Untuk menyiram tanaman yang jumlahnya ratusan itu biasanya saya membutuhkn waktu lebih dari 30 menit. Itu termasuk paling kilat, karena biasanya bisa sampai berjam-jam kalau penyedot air (sanyo) ngadat. Ya, toko kami menggunakan sanyo yang airnya dari sungai di belakang toko kami.
Namanya juga ramadan, katanya setan-setan pada dimasukkan dalam penjara oleh Allah, tapi tetap saja manusia harus lebih ekstra menahan hawa nafsu di bulan suci ini, termasuk saya.
Sungai di belakang toko kami akhir-akhir ini seringkali surut. Hal itu menyebabkan sampah-sampah yang lewat pada nyangkut pada pralon sanyo. Tahu kan apa yang terjadi? Iya, sanyo saya mampet. Dan itu terjadi setiap hari.
|
Sampahnya nyangkut :( |
Fiuh~ ngabuburit yang nggak ringan banget kan. Jangan dipikir kalau tinggal ambil kayu kemudian disentil hilang deh tuh sampah. Tidak!
Saya yang berpakain panjang ini harus rela naik pagar belakang toko kami yang tingginya sepuser orang dewasa untuk bisa menyentil sampah yang nangkring di pralon. Aih, kalau terlalu semangat lompatnya dijamin kejebur sungai deh. Soalnya jarak pagar dan sungai hanya 50 cm. Jadi, harus melipir-melipir layaknya orang lagi uji adrenalin.
Sukses melewati pagar, maka urusan nyentil-menyentil sampah pun dimulai. Ingat ini pralon ya, kalau terlalu diangkat (melawan arus air) bisa jadi pralon akan patah. Jadi, harus ekstra hati-hati. Angkat pelan, kemudian sentil, ke bawah lagi, angkat, sentil, sampai bersih. Apakah kegiatan siram menyiram sudah bisa dimulai?
Belum.
Kan harus melewati pagar lagi. Tengok kanan-kiri memastikan apakah ada orang kemudian baru melompat pelan. Sudah siap dimulai? Masih belum. Karena pralon yang kena sampah, biasanya pralon tidak ada airnya. Alhasil deh, ketika sanyo dihidupkan slang tidak langsung bisa menyemburkan air. Harus dipancing dulu.
Loh..loh..kok ada pancing-memancing. Tenang, memancing yang satu ini hanya dengan cara melipat slang agar air tidak keluar. Tunggu sampai 10 menit atau sampai slang bergerak-gerak (air sudah mulai penuh dan siap menyembur), kegiatan menyiram pun siap saya mulai. Ya, seperti itulah kegiatan ngabuburit saya setiap sore.
Tanpa lupa mengucapkan syukur pada Allah, saya selalu berusaha menikmati ramadan tahun ini. Karena saya percaya tiap kali ada kesusahan akan ada kemudahan dan setelah kesedihan akan ada kebahagiaan. Kegiatan menyiram tanaman harus tetap saya lakukan, melompat pagar juga, tapi akan tersenyum lebar kalau pulang dari toko pulang membawa buah tangan, jeruk 3 biji ini.
|
Suatu sore, saya membawa pulang jeruk buah ini |