|
Sumber gambar di SINI |
Jogja itu tiada matinya. Itu menurut saya yang jarang sekali meninggalkan rumah. Pernah pergi jauh dari rumah, dulu waktu SMP liburan ke Jakarta, waktu SMA ke Bali, terus pernah ke Jogja? Pernah *girang. Saya pernah dua kali ke Jogja, pertama dengan rombongan anak OSIS SMA, dan kedua dengan rombongan teman sekelas dalam rangka perpisahan kelas XII.
“Ketika liburan ke Jogja dengan rombongan teman sekelas, saya adalah ketua panitia. Mulai dari mengurus dana, pemilihan bus, negosiasi harga sewa bus, pemilihan tempat wisata, tempat makan, dll semua jadi tanggungjawab saya. Merelakan waktu tidur saya untuk mengurus teman yang mabuk di perjalanan, rela berganti tempat duduk, dan pasti merelakan tenaga saya untuk mengejar teman yang molor kembali ke bus. Ah, kebahagiaaan saya saat itu adalah saat teman-teman merasa puas dengan perjalanan tersebut, dan alhamdulillah semuanya tertawa riang. Perpisahan yang sangat menyenangkan.”
|
Parangtritis-2010 |
Liburan ramai-ramai itu menyenangkan, tapi terselip rasa ingin menikmati suatu perjalanan secara intim. Kalau selama ini saya memikirkan orang lain, mungkin inilah saatnya saya memikirkan diri saya sendiri. Boleh kan saya memiliki mimpi seperti itu?
Jogja...
Jogja...
Jogja...
Saya ingin liburan ke Jogja lagi. Tapi tak ingin sendiri. Saya bermimpi jika suatu hari telah halal dengan laki-laki yang telah melamar saya 8 Juni 2013 lalu, bersamanyalah saya ingin mencicipi Jogja secara intim. Itung-itung honeymoon.
Selama ini, kami memang jarang bertemu. Sebulan paling banyak bertemu dua kali. Itu pun tak pernah pergi berdua. Ketika di rumah saya, kami mengobrol bersama dengan bapak dan ibu. Makanya ajang liburan berdua setelah menikah, jadi wajib hukumnya. Aamiin.
Beliau sebenarnya pernah tinggal di Jogja selama 4 tahun. Ya, beliau menuntut ilmu dan bekerja di kota yang terkenal dengan julukan kota gudeg itu. Makanya keinginan untuk liburan bersama beliau sangat kuat. Apalagi sudah ada tour guide pribadi.
Jogja, suatu hari...Aamiin.
Bermimpi itu jangan tanggung-tanggung. Makanya untuk mimpi liburan yang satu ini saya ingin merencanakannya dengan rapi. Urusan terwujud atau tidak, terserah rencana Allah saja-lah. Berikut ini adalah rencana untuk mewujudkan mimpi saya tersebut.
- Berangkat dengan naik kereta api, adalah rencana pertama saya untuk bisa mencapai Stasiun Tugu, Jogja. Kami akan berangkat dengan naik kereta api dari Stasiun Poncol Semarang. Tak perlu kereta yang mahal, cukup ekonomi saja. Awalnya ada rencana naik motor untuk bisa sampai Jogja. Tapi waktu 5 jam itu akan sangat melelahkan bagi kami. Terlebih lagi saya sangat suka naik kereta, jadi naik kereta saja, aamiin.
|
Naik kereta api..tut..tut..tut... Sumber gambar di SINI |
- Sampai Stasiun Tugu, apa yang selanjutnya kami lakukan? Setelah menempuh perjalanan jauh, badan capek ya? Nah, pilihan menggunakan taxi untuk bisa sampai di tempat penginapan, bagi kami adalah solusi cerdas.
|
Sumber gambar di SINI |
- Cari penginapan, adalah langkah terpenting yang harus kami perhatikan. Keluarga baru tidak boleh banyak menghabiskan uang. Memilih penginapan dengan harga Rp 50.000-Rp 60.000/malam full fasilitas seperti TV, kamar mandi dalam, dan kipas angin, cukuplah. Pilihan saya untuk sementara jatuh pada Pondok 71 yang dekat dengan Keraton Jogja.
|
Sumber gambar di SINI |
- Keliling Jogja, inilah saat-saat yang kami tunggu, penginapan sudah dapat selanjutnya adalah menentukan kunjungan ke tempat wisata. Eh tapi naik apa? Tenang, di Jogja banyak penyewaan motor seharga Rp 50.000/hari. Asyiikkk...dengan bermodalkan peta wisata kota Jogja sekarang saatnya bermimpi tempat wisata yang ingin kami kunjungi.
|
Peta Wisata Jogja |
Jogja: Goa Pindul
Sebagai mantan peserta oliempiade Geologi *apahubungannya, saya masih gila dengan yang berhubungan dengan goa-goa seperti ini. Stalaktit dan stalakmit, ah goa banget deh.
Goa Pindul beralamatkan di Karangmojo, Gunung Kidul, Jogja. Di sini pengunjung bisa menikmati sensasi pelusuran sungai di dalam gua dengan menggunakan ban pelampung. Sambil menyusuri gelapnya lorong gua yang berhiaskan stalaktit dan stalagmit yang indah, pengunjung juga akan disodori dengan legenda pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya.
Dengan tarif Rp 30.000 (minimal 5 orang), pengunjung bisa mendapatkan fasilitas perlengkapan cave tubing, pemandu, kudapan setelah pengarungan. Kalau mau datang ke sini, ingat jam terbangnya ya? Ini dia, Senin - Minggu (pk 08.00 - 16.00 WIB).
Saya harus ke sini, aamiin.
Jogja: Alun-Alun Kidul Main Masangin
Siapa sih yang nggak tahu sama permainan ini. Permainan yang dikenal dengan Masangin atau masuk dua beringin. Itu lho yang berjalan di antara dua pohon beringin, kalau kita bisa masuk di antaranya permintaan kita inshaallah bisa dihijabah. Beneran? Aturan mainnya sangat sederhana, kita hanya perlu menutup mata lalu berjalan lurus sekitar 20 meter dari depan Sasono Hinggil menuju tengah-tengah ringin kurung (dua beringin di tengah alun-alun).
Setelah lelah bermain, kami ingin menghabiskan malam dengan ngobrol lesehan bersama pengunjung lain dengan menikmati wedhang ronde, bakso, dan jagung bakar. Aih, romatis banget, menurut saya sih.
Saya harus ke sini, aamiin.
Jogja: Candi Prambanan
Ke Candi Borobudur dah dua kali, Candi Prambanan belum sama sekali. Ih...kan ngiri banget. Saya peansaran banget dengan Candi yang satu ini. Beralamatkan di Jalan Raya Jogja - Solo Km 16, Prambanan, Sleman, Yogyakarta 55571. Disebut-sebut sebagai candi tercantik di dunia. Beneran nih?
Cantik banget....Saya ingin foto di sini nih. Candi ini dibangun pada abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Saya harus ke sini, aamiin.
Jogja: Terakhir ke Malioboro dan Pasar Bringharjo
Ada yang belum pernah ke Malioboro? Bahkan asing dengan kata Malioboro? Nggak lah ya? Kalau Pasar Bringharjo? Menikmati Malioboro itu nikmatnya saat malam hari. Sambil jalan-jalan menyusuri jalanan ini, pengunjung juga harus tahu kalau Malioboro itu berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.
Kemudian kalau Pasar Bringharjo? Di sinilah saya ingin membeli oleh-oleh. Yang murmer sajalah yang dibeli, tapi nggak murahan. Pasar Beringharjo ini ternyata telah digunakan sebagai tempat jual beli sejak tahun 1758. Tawarannya kini kian lengkap; mulai dari batik, jajanan pasar, jejamuan, hingga patung Budha seharga ratusan ribu.
Ihh....tas-nya bikin ngiler.
Saya harus ke sini, aamiin.
Kereta, Jogja, dan Honeymoon. Semoga suatu hari jadi nyata ya? Aamiin. Ini
MyDreamyVacation saya
, Anda? Atau punya tempat yang bisa saya masukkan ke list tempat kunjungan saya nanti apabila jadi ke Jogja? Yuk, share!