Minggu, 22 Juni 2014

KUMPULAN CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN ROHANI LENGKAP



PERKEMBANGAN DAN BELAJAR GERAK

A.     PENGERTIAN BELAJAR GERAK
Gerak dan motorik merupakan dua hal yang berbeda. Gerak adalah perubahan tempat, posisi, dan kecepatan tubuh atau bagian manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif. Sedangkan, motorikadalah suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun secara psikis, yang menyebabkan terjadinya suatu gerak.
Peristiwa - peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi, antara lain, penerimaan informasi/stimulus, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan, dan dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi -aksi motorik (keseluruhannya merupakan peristiwa psikis) setelah itu dilanjutkan  dengan peritiwa fisiologi yang meliputi pemberian. Pengaturan dan pengendalian impulse kepada organ-organ tubuh yang terlibat dalam melaksanakan aksi – aksi motorik. Sebagai hasil dari kedua peristiwa laten tersebut adalah gerak yang dapat diamati dalam dimensi ruang dan waktu.
Sementara, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah aku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pangalaman yang dilakukan ecara berulang-ulang. Hilgard, (1981). Dan, Inger (1980), menyatakan bahwa belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu.
Belajar menurut pendapat para ahli lain adalah perubahan tingkat laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.
Istilah ‘belajar gerak’ umumnya digunakan dalam hal mempelajari skill baru, dan memberi kesan bahwa belajar gerak merupakan bentuk spesifik dari belajar. Ini bisa dilihat dari pengertian yang umum mengenai belajar gerak, seperti, “Belajar gerak merupakan proses meningkatkan kelancaran dan akurasi gerakan” atau “skill gerak adalah skill yang menilai kemampuan organisme untuk memanfaatkan otot-otot rangkanya secara efektif.”
“Motor learning” is a term widely used in relation of learning of new skills, and gives the impression that motor learning is a specific form of learning. This may be seen in usual definitions of motor learning such as “Motor learning is the process of improving the smoothness and accuracy of movements” or “A motor skill is a skill that regards the ability of an organism to utilize skeletal muscles effectively”. (Timo Järvilehto, 2006)
Sementara, Schmidst (1991), menyatakan bahwa belajar gerak adalah suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan yang terampil.

          "Motor learning is a set of [internal] processes associated with practice or experience leading to relatively permanent changes In the capability for responding" (Schmidt, 1988: 346; Schmidt, 1991: 51). Secara sedehana dapat diterjmahkan ke dalam bahasa Indonesia “belajar gerak merupakan serangkaian proses (internal) yang menyerupai latihan atau pengalaman yang menggiring pada perubahan (relatif) permanen dalam kemampuan merespon”.
          Kalau diperhatikan, definisi tersebut memiliki beberapa aspek kunci, yaitu:
1.    Aspek latihan atau pengalaman
2.    Serangkaian proses (internal)
3.    Perubahan permanen dalam kemampuan merespon

B.    BEBERAPA TERMINOLOGI TERKAIT BELAJAR GERAK
Beberapa terminologi yang terkait dan berhubungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam proses pertumbuhan dan paerkembangan manusia antara lain sebagai berikut,
      Kematangan merujuk pada perubahan kualitatif yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan fungsional yang lebih tinggi, misal dia sudah matang dalam berpikirnya (. . .  qualitative changes that enable one to progress to higher levels of functioning).
      Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran tubuh dan anggota tubuh pada saat anak berkembang menjadi matang (. . . an increase in the size of the body or its parts as the child progresses toward maturity)
      Pengalaman merujuk pada faktor-faktor di sekitar lingkungan yang dapat merubah atau memodifikasi penampakan dari variasi karakteristik perkemabangan melalui proses belajar (. . . factors within the environment that may alter or modify the appearance of various developmental characteristics through the process of learning)
      Adaptasi merujuk pada keterkaitan saling mempengaruhi yang komplek antara individu dan lingkungannya (. . . the complex interplay between forces within the individual and the environment)
      Perkembangan merujuk pada perubahan derajat fungsi individu. Hal ini terkait dengan pemunculan dan perluasan kemampuan ffungsi individu pada tingkat yang lebih tinggi (. . .changes in the individual's level of functioning. it is the emerging and broadening of the child's ability to function on a higher level).
Keterkaitan masing-masin variabel tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini.


Gb. Keterkaitan komponen perkembangan manusia (Gallaue, 1991)

Sementara itu, beberapa terminologi yang terkait dan berhubungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam domain perkembangan gerak (motor development), dapat dilihat pada gambar berikut ini.



Dua klasifikasi gerak yang menjadi perhatian di sini adalah gerak dalam artian motor dan gerak dalam artia movement. Gerak dalam artian motor dikatakan Gallahue (1991) sebagai Underlying factors affecting movementatau dalam bahasa indonesia sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi gerak (movement). Sedangkan gerak dalam artian movement, dikatakan Gallaue (1991) sebagai the observable act of movingatau dalam bahasa indonesia dapat dikatakan perilaku gerak yang dapat diobservasi.
Dikaitkan dengan keterampilan (skill) maka ada dua istilah yang juga perlu dipahami yaitu keterampilan gerak dalam artian motor skill dan keterampilan gerak dalam movement skill. Keterampilan gerak dalam artian motor skill disebut sebagai proses utama dalam pengendalian gerak (underlying process of control in movement), sementara itu keterampilan gerak dalam artian movement skill merupakan bentuk, keakuratan, dan pengendalian dalam penampilan gerak, misalnya keterampilan memukul bola softball (form, accuracy, and control in performance of a movement, e.g., striking an oncoming object). Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.



C.    KLASIFIKASI KETERAMPILAN
Keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
1.     Keterampilan Terbuka dan Tertutup
Beda kedua keterampilan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan pada saat keterampilan yang bersangkutan dilakukan. Keterampilan terbuka adalah keterampilan yang ketika dilakukan berkaitan dengan variasi dan tidak dapat diduga. Sebagai contoh dari keterampilan ini adalah pukulan-pukulan pada stroke tenis atau pukulan softball yang kedatangan bolanya dari lawan sering tidak bisa diduga sebelumnya, baik dalam hal kecepatannya maupun dalam hal arahnya. Dengan kata lain, pelaku tidak dapat menunggu atau berdiri di satu titik saja atau memukul bola dengan jenis pukulan tertentu saja, tetapi ditentukan oleh arah atau kecepatan dari bola yang datang. Oleh karena itu agar pemain bisa berhasil dengan baik, maka pemain harus bergerak dan bertindak sesuai dengan lokasi ruang dari bola serta tuntutan kecepatannya.
Keterampilan tertutup menunjukkan keterampilan yang sebaliknya. Para ahli menyebutnya bahwa keterampilan tertutup sebagai keterampilan yang dilakukan dalam lingkungan yang relatif stabil dan dapat diduga. Contohnya seperti keterampilan dalam olahraga bowling, golf, panahan, senam, renang, dan lari. Kesemua keterampilan dalam olahraga di atas merupakan keterampilan yang ditentukan oleh pemain atau pelaku, tanpa harus dibatasi oleh lingkungan sekitar.
2.     Keterampilan diskrit, kontinous,dan serial
Keterampilan diskrit adalah keterampilan yang dapat ditentukan dengan mudah awal dan akhir dari gerakannya, yang lebih sering berlangsung dalam waktu singkat, seperti melempar bola, menendang bola, gerakan-gerakan dalam senam artistik, atau menembak. Sedangkan keterampilan kontinous/ berkelanjutanyang dalam pelaksanaannya tidak memperlihatkan secara jelas mana awal dan mana akhir dari suatu keterampilan.
Hal yang mudah untuk menentukan jenis keterampilan ini adalah jika suatu keterampilan mempunyai awal dan akhir gerakan yang selalu berubah-ubah , maka keterampilan ini dikategorikan sebagai keterampilan berkelanjutan. Dalam hal ini bisa jadi pelakunyalah yang menentukan titik awal dan titik akhir dari keterampilan yang dimaksud, dan bukan keterampilan itu sendiri. Sebagai contoh dari keterampilan ini  adalah renang dan berlari. Titik awal dan titik akhirnya ditentukan oleh si pelakunya.
3.     Keterampilan Gerak Kasar dan Keterampilan Gerak Halus
Keterampilan gerak dasar (gross motor) adalah keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Keterampilan ini tidak membutuhkan ketepatan dalam pelaksanaannya, serta tentunya merupakan kebalikan dari keterampilan gerak halus. Berjalan, berlari, melompat, melempar, serta kebanyakan keterampilan dalam olahraga dimasukan sebagai keterampilan gerak kasar.
Namun demikian keterampilan ini tetap memerlukan koordinasi gerak yang tinggi, sebab tidak ada satupun keterampilan olahraga yang tidak disertai oleh keterampilan halus. Semua gerakan atau tindakan, terdiri dari sebuah kontinum antara halus dan yang kasar.
Keterampilan gerak halus adalah keterampilan yang memrlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Keterampilan gerak halus ini melibatkan koordinasi neuromuscular yang memrlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering juga  disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Contoh yang sederhana adalah menulis, menggambar, lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, dan bermain piano, serta melambungkan bola soft ball (pitching) atau base ball yang membutuhkan kecepatan dan kecepatan. Ketepatan membutuhkan derajat ketelitian dan pengontrolan jari dan tangan, sedangkan kecepatan memerlukan lebih banyak gerak kasar dari lengan dan tubuh untuk memberikan daya lempar.
4.     Keterampilan Gerak dan Keterampilan Kognitif
Keterampilan gerak penentu utama dari keberhasilannya adalah kualitas dari gerakan itu sendiri tanpa memperhatikan persepsi serta pengambil keputusan yang berkaitan dengan keterampilan yang dipilih. Contoh yang paling mudah dalam kehidupan kita adalah sewaktu seorang siswa melopat tinggi atau jauh, si pelompat tidak perlu memperhitungkan kapan dan bagaimana si pelompat harus bertindak untuk melewati atau melayang di udara, tetapi yang harus ia lakukan adalah melompat setinggi mungkin atau sejauh mungkin secara efektif dan efisien.
Sedangkan dalam keterampilan kognitif hakikat dari gerakannya tidaklah penting, tetapi keputusan-keputusan tentang gerakan apa dan bagaimana yang harus dibuat merupakan hal terpenting. Contohnya, dalam olahraga catur atau bridge. Bukanlah hal penting apakah buah catur digerakan cepat atau pelan-pelan, tetapi yang penting adalah pemain mengetahui buah catur atau kartu mana yang harus digerakan atau dibuang dan kemana gerakannya.
Dari kedua keterampilan tersebut yang penting adalah keterampilan kognitif terutama berkaitan dengan pemilihan apa yang harus dilakukan, sedangkan keterampilan gerak terutama bagaimana melakukannya.

D.    FAKTOR-FAKTOR PENENTU KETERAMPILAN
Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1.    Faktor Proses Belajar
Proses belajar yang baik tentunya harus mendukung upaya menjelmakan pembelajaran pada setiap pesertanya. Dalam hal pembelajaran gerak, proses belajar yang harus diciptakan adalah tahapan-tahan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenarannya serta ipilih berdasarkan nilai manfaatnya.
Dalam prose belajar kadang-kadang sering guru atau pelatih memberikan tanda serta langkah-langkah untuk dikerjakan atau dilakukan sehingga dapat menimbulkan berbagai perubahan perilaku peserta didik ketika sedang belajar gerak.
Dilain pihak teori-teori belajar mengarahkan kita pada pemahaman tentang metode pengajaran yang efektif, apakah suatu materi pembelajaran sesuai dengan menggunakan metode keseluruhan versus bagian, metode distribusi versus metode padat, metode drill versus problem solving.

2.    Faktor Pribadi
Setiap pribadi merupakan individu yang berbeda-beda, baik dalam hal fisik, mental-emosional, maupun kemampuan-kemampuannya. Ada ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahwa si Eddy mempunyai bakat besar dalam tenis meja, si Anto berbakat dalam olahraga renang, dan sebagainya. Demikian juga kita mendengar bahwa seorang anak lebih cepat  menguasai suatu keterampilan, sedangkan anak yang lain terlihat memerlukan waktu yang lebih lama.
Semua contoh di atas adalah bahwa setiap individu-individu memiliki cii-ciri kemampuan, minat, kecendrungan, serta bakat yang berbeda-beda. Oleh karena itu ada beberapa faktor pribadi yang sangat berhubungan dengan upaya pencapaian keterampilan. Faktor tersebut adalah:
1)  Ketajaman indera, yaitu kemampuan indera untuk mengenal tampilan rangsangan secara akurat
2)  Persepsi, yaitu kemampuan untuk membuat arti dari situasi yang berlangsung
3)  Intelegensi, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah serta membuat keputusan-keputusan yangb berhubungan dengan penampilan gerak
4)  Ukuran fisik, yaitu adanya tingkat yang ideal dari ukuran-ukuran tubuhyang diperlukan untuk sukses dalam cabang olahraga tertentu
5)  Pengalaman masa lalu, yaitu keluasan dan kualitas pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan situasi dan tugas gerak yang dipelajari saat ini
6)  Emosi, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengontrol perasaan secara tepat sebelum dan pada saat melaksanakan tugas
7)  Kesanggupan,  yang terdiri dari kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dikembangkan secara memadai untuk menyelesaikan tugas dan situasi yang dipelajari saat ini.
8)  Motivasi, yaitu kehadiran semangat dalam tingkat optimal untuk bisa menguasai keterampilan yang dipelajari
9)   Sikap, yaitu adanya minat dalam mempelajari dan memberikan nilai pada kegiatan yang sedang dilakukan
10)               Faktor-faktor yang lain, yaitu hadirnya sifat ekstrim seperti agresivitas, kebutuhan berafiliasi atau perilaku yang lain yang dapat atau tidak dapat dimanfaatkan, tergantung situasi yang terjadi
11)               Jenis kelamin, pengaruh komposisi tubuh, pengalaman, faktor-faktor budaya pada pelaksanaan kegiatan dan keinginan untuk berprestasi
12)               Usia, pengaruh usia kronologis  dan kematangan pada kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari dan menampilkan tugas tertentu.

3.                Faktor Situasional
Faktor situasional adalah faktor yang mampu memberikan perubahan makna dan situasi pada kondisi pembelajaran. Yang termasuk kelompok faktor situasional seperti tipe tugas yang diberikan, peralatan yang digunakan, termasuk media belajar, serta kondisi sekitar di mana pembelajaran dilangsungkan.
Oleh karena itu sebagai pelatih maupun guru situasi seperti ini terutama saat pelaksanaan pembelajaran sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan kondisi pribadi anak, yang semuanya saling menunjang atau saling melemahkan.nya.
Yang terpenting adalah saat penggunaan peralatan serta media belajar, misalnya secara langsung atau tidak tentunya akan berpengaruh pada minat dan kesungguhan siswa dalam proses belajar, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam menguasai keterampilan yang sedang dipelajari.




E.     KONSEP-KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MOTORIK
Ada beberapa konsep yang harus dikatahui bagi seorang guru maupun pelatih, yaitu:
1.    Perbedaan Individu
Pengalaman kita sehari-hari dan penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal yang sama tentang hal ini, bahwa individu memang berbeda-beda.. sebagai contoh dapat kita ambil dari lingkungan bermain atau sekolah, kita akan segera dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan individu terhadap kemampuan seorang anak dengan anak yang lain, misalnya ada anak yang dapat berlari cepat ada juga yang lambat, dan ada juga anak yang mempelajari suatu gerak dengan cepat dan ada juga yang mengalami kesulitan.
2.    Kemampuan dan Keterampilan
Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan seseorang. Namun demikian, cukup sulit untuk menyatakan apakah sebenarnya kemampuan, dan apa bedanya kemampuan dengan keterampilan?
Ada beberapa para ahli menyatakan bahwa kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya. Kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan. Sedangkan keterampilan mengacu secara spesifik pada tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman.
Bila dikaitkan dengan belajar gerak, maka kemampuan gerak adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olahraga. Dengan demikian kemampuan gerak atau disebut juga sebagai motor ability itu banyak macamnya, tidak terbatas pada sesuatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga. Kemampuan ini dapat dibedakan juga dari mulai ketajaman visual dan melek warna, konfigurasi tubuh, kinestetis dan sebagainya.
Bila dilihat dari macam-macam kemampuan gerak, maka dapat di klasifikasikan menjadi:
a.  Kecermatan kontrol terutama melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrolotot besar
b.  Koordinasi anggota badan, koordinasi bersamaan dari gerakan-gerakan sejumlah anggota badan
c.   Orientasi ruangan, pemilihan respon yang benar tanpa memperhatikan ketepatan dan koordinasi
d.  Waktu reaksi, kecepatan merespon suatu stimulus
e.  Kontrol kecepatan, penyesuaian geran secara antisipatif yang harus terus menerus pada tanda-tanda keadaan berubah-ubah
f.    Kecepatan gerakan lengan, kecepatan di mana ketepatan tidak penting
g.  Ketangkasan manual, manipulasi objek-objek besar di bawah kondisi kecepatan
h.  Ketangkasan jemari, manipulasi objek-objek kecil dengan ketepatan dan kontrol
i.    Kestabilan lengan tangan, pengontrolan gerak lengan dan tangan, baik ketika tanpa berpindah tempat maupun pada saat berpindah
j.    Kecepatan pergelangan jari, kegiatan mengetuk atau menepuk
k.   Kepekaan kinestetik, menyangkut kepekaan untuk menyadari posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisitubuh.
Sedangkan dalam kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik lainnya, yang diperlukan adalah kemampuan kecakapan tubuh, antara lain:
a.    Kekuatan statis
b.    Kekuatan dinamis
c.    Kekuatan eksplosif
d.    Kekuatan torso
e.    Kelentukan yang luas
f.     Kelentukan dinamis
g.    Koordinasi tubuh
h.    Koordinasi anggota tubuh, dan
i.      Stamina
Ada empat kemampuan yang langsung berhubungan dengan keterampilan olahraga adalah, koordinasi, kinestetis, keseimbangan, dan kecepatan gerak..
Koodinasi dianggap sebagai kemampuan untuk mengontrol bagian-bagian tubuh yang terpisah yang terlibat di dalam suatu pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagian-bagian tersebut dalam upaya yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan.
Kinestetis atau disebut juga proprioseptif umumnya menunjukkan pada kemampuan indera untuk memberikan informasi tentang posisi tubuh. Dalam ruangan dan hubungan dengan bagian-bagian tubuhnya.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara posisi tubuh. Karena posisi tubuh bisa berubah-ubah, maka kemampuan untuk memelihara posisinya ini dibedakan antara keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis.
Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk memindahkan atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat mungkin.

3.     Pola Gerak dan Keterampilan
Pola gerak merupakan gerak dasar atau gerakan-gerakan yang dilibatkan dalam menampilkan suatu tugas tertentu. Dari definisi tersebut bahwa pola gerak menunjukkan pada konsep yang umum, sedangkan keterampilan gerak lebih terkhususan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak lebih berupa kegiatan yang dibatasi dalam keluasannya dan melibatkan suatu gerakan tunggal atau sekelompok kecil gerak tertentu yang ditampilkan dengan tingkat ketepatan dan kecermatan yang tinggi. Sedangkan pola gerak merupakan sekelompok gerak yang lebih luas atau merupakan beberapa seri aksi gerak yang ditampilkan dengan tingkat ketepatan yang lebih kecil. Pada keterampilan, gerakannya terbatas tetapi akurasinya sangat ditekankan, sedangkan pada pola gerak, gerakan ditekankan tetapi ketepatannya dibatasi.

F.     TAHAPAN PEMBELAJARAN GERAK
Tahapan pembelajaran gerak dapat dibedakan menjadi: tahap verbal cognitive, tahapan gerak , dan tahap otonomi
1.                Tahap Verbal Kognitif
Dalam tahap ini, tugas yang harus dipelajari benar-benar merupakan tugas untuk pemula. Masalah yang dihadapi oleh anak-anak adalah verbal dan kognitif, dimana pertanyaan dominannya adalah tentangpengenalan tujuan, penilaian penampilan, apa yang harus dilakukan dan jangan dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana berdiri atau memegang alatnya, apa yang harus dilihat dan sebagainya.
Oleh karena itu intruksi lewat demonstrasi, film sangat berguna pada tahap ini. Salah satu tujuan pengajarannya adalah memungkinkan pelajar mentransfer informasi dari pembelajaran masa lalu ke tingkat keterampilan awal. Contohnya, banyak keterampilan mempunyai tahap yang sama, sehingga pengajaran yang mengungkap tahap yang sudah diketahui akan berguna untuk mempelajari yang baru.
Demikian juga dengan beberapa gerakan yang sebelumnya sudah dipelajari, dapat dairangkai bersama ke arah keterampilan yang diinginkan , misalnya drible, lari, lompat, dan lay-up shoot
2.                Tahapan Gerak
Tahapan gerak disebut juga sebagai associative stage, pada tahap ini kebanyakan masalah kognitif sudah terpecahkan, sehingga sekarang fokusnya berpindah pada pengorganisasian pola-pola gerakan yang lebih efektif untuk menghasilkan  aksi. Dalam tahapan ini, tingkat keterampilan naik dengan cepat dari tahap verbal kognitif. Pelajar sudah mulai menunjukkan stance dan kontrol yang konsisten , kenyakinan yang meningkat, dengan mulai bekerja pada detail detail gerakan.
Dalam keterampilan yang memrlukan kecepatan gerak seperti tenis, pelajar mulai membangun program motorik untuk memenuhi persyaratan gerakan. Dalam gerakan yang lebih ambat, seperti keseimbangan dalam senam, pelajar mulai membangun cara untuk berhubungan dengan feedbackyang menghasilkan respon. Dengan demikian bila dilihat dari lamanya , maka tahap ini lebih lama daripada tahap verbal-kognitif.
3.                Tahap Otonomi
Setelah banyak melakukan latihan, secara bertahap pelajar memasuki tahap otonomi, yang melibatkan perkembangan aksi otomatis yang tidak memerlukan adanya perhatian. Dalam memprogramkan rangkaian gerakan yang panjang berarti memicu lebih sedikit program dalam waktu tertentu, menurunkan beban perhatian yang menuntut proses pelaksanaan respon.
Tahap ini disebabkan oleh meningkatnya ototmatisasi dalam analisis indera terhadap pola-pola lingkungan, dimana tanda-tanda yang dini dari suatu permainan yang terbuka dalam suatu cabang olahraga dapat dideteksi dengan cepat dan akurat.
Menurunya tuntutan perhatian membebaskan individu untuk menampilkan kegiatan kognitif tingkat tinggi, seperti keputusan-keputusan tentang strategi permainan atau bentuk atau gaya dalam kegiatan seperti menari dan sebagainya.

G.    KONSEPGERAK DALAM TEORI PENGOLAHAN INFORMASI
Teori pengolahan informasi menolong kita untuk memahami lingkungan kita. Hal ini didasarkan pada pada komunikasi dari satu pesan dari pengirim terhadap penerima, seperti dalam suatu aksi menelpon.
Informasi yang ditampilkan pada manusia sebagai masukan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran gerak, pengolahan informasi terdiri dari beberapa tahapan dalam suatu sistem, yang akhirnya menghasilkan gerakan-gerakan sebagai luaran.
Tujuan umum dari teori pengolahan informasi adalah upaya untuk mengerti hakekat proses pada alur kegiatan ( Input àProses àManusia àOut put) dalam pengontrolan keterampilan gerak.
Ada tiga tahapan dalam pengolahan informasi yaitu:
1.     Tahapan Pengolahan Informasi
Apakah yang terjadi pada setiap tahap pengolahan informasi?
a.      Tahap Pengenalan Rangsangan
Tahap pengenalan rangsangan adalah suatu tahap penginderaan yang menganalisis informasi dari berbagai sumber seperti pandangan, pendengaran, sentuhan, kinestetis, penciuman dan sebagainya.
Pada tahap pertama ini, apa yang ditampilkan adalah menentukan apakah suatu rangsang telah ada atau tidak, dan jika ada apakah itu? Komponen-komponen atau ukuran dari rangsang tersebut dibentuk pada tahap ini, seperti ukuran, warna, pola-pola gerak, arah, dan kecepatannya. Hasil tahap ini dilanjutkan ke tahap kedua
Kegiatan tahap ini dimulai ketika tahapan pertama memberikan informasi tentang hakikat dari rangsangan yang masuk. Tahap ini mempunyai tugas untuk menentukan gerakan apa yang harus dibuat, sesuai dengan rangsangan tadi. Di sini pilihan dari gerakan yang tersedia dibuat, seperti apakah mengumpan bola ke kawan, atau menembakkannya sendiri. Jadi tahap ini adalah serupa dengan mekanisme penerjemahan antara masukan indera dan luaran gerakan.
b.     Tahapan Pemograman Respon
 Tahap terakhir ini memulai pengolahannya setelah menerima keputusan tentang gerakan apa yang harus dibuat yang ditentukan pada tahap sebelumnya. Tahap ketiga ini mempunyai tugas untuk mengorganisir sistem gerak untuk gerakan yang diinginkan.
Sebelum menghasilkan suatu gerakan, sistem itu harus menyiapkan mekanisme tingkat rendah dalam otak dan tulang-tulang belakang untuk bergerak, harus memanggil kembali dan mengorganisir program gerak yang akhirnya akan mengontrol gerakan, dan harus mengarahkan otot-otot untuk berkontraksi dalam rangkaian yang benar dari besarnya tenaga serta timing untuk menghasilkan gerakan secara efektif.

2.     Tiga Sistem Memori
Suatu konsep penting di dalam teori pengolahan informasi adalah terjadinya penyimpanan informasi dalam bentuk memori. Ada tiga bentuk dalam sistem memori, yaitu penyimpanan sensori jangka pendek, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
Sensori jangka pendek, merupakan bagian dari memori yang paling perifer, atau lajim disebut indera. Pemprosesan dalam tahap pengenalan rangsang akan menghasilkan ingatan terhadap kejadian-kejadian indrawi dari lingkungan sekitar dan disimpan dalam sensori jangka pendek sekitar ¼ detik .
Oleh karena banyaknya informasi yang masuk pada saat yang bersamaan, maka informasi terebut akan segera tergantikan oleh informasi yang datang pada saat berikutnya. Penyimpanan dalam sensori jangka pendek diperkirakan terjadi tanpa melibatkan kesadaran dan belum merubah informasi itu dalam bentuk apapun
Memori jangka pendek, dari hasil informasi jangka pendek dari sensori sebelumnya, maka terjadi seleksi informasi yang masuk melalui mekanisme internal untuk diproses lebih lanjut, sedangkan yang tidak terpilih akan segera menghilang dan digantikan dengan informasi yang lain.  Pemilihan informasi ini diutamakan terhadap informasi-informasi yang memang dianggap relevan atau berhubungan dengan tugas yang sedang dihadapi.
Memori jangka panjang,bagian ini berisi informasi yang sudah dipelajari dengan baikdan dikumpulkan dalam waktu tertentu.disinilah informasi-informasi itu disimpan dalam jumlah dan batas waktu yang tak terbatas, sehingga tidak mungkin untuk dilupakan sepenuhnya.
Oleh karena itu, terdapat, terdapat perbedaan dalam penyimpanan memori jangka panjang terutama informasi dalam bentuk gerak dan berbentuk verbal. Gerak, terutama yang berbentuk keterampilan berkelanjutan seperti mengendarai sepeda atau berenang, akan lebih lama diingat, tanpa menunjukkan penurunan kemampuan walaupun sudah lama tidak berlatih. Sedangkan keterampilan verbal dan keterampilan kognitif nampaknya lebih mudah terlupakan.

3.     Teori Motor Program
a.      Open-Loop Control
Dalam teori open-loop control bila dilihat dari alur/mekanismenya terdapat beberapa unsur unsur yaitu: : Input àExecutive àEffector.
Struktur open-loop ini mempunyai dua hal yang sama seperti yang digunakan dalam closed-loop control, tetapi kehilangan mekanisme feedback dan komparator (pembanding) untuk menentukan kesalahan-kesalahan sistem. Sistem ini dimulai dengan input yang diberikan ke tingkat executive (pembuat keputusan), yang tugasnya adalah untuk menentukan aksi apa yang harus diambil. Input tersebut kemudia dikirim ke tingkat effector, yang bertanggung jawab untuk melakukan instruksi-instruksi.
Sekali aksi telah diselesaikan, tugas sistem itu selesai, sampai executive diaktivasi kembali. Tentu saja tanpa adanya feedback sistem openloop ini tidak lagi peka dengan apakah aksi yang dilakukan efektif atau tidak, dan modifikasi terhadap aksi itu dapat tidak dapat dibuat selama aksi itu masih dalam proses.
Adapun ciri-ciri dari sistem open-loop control yang murni adalah:
·      Operasi gerakan, urutannya, dan waktunya diprogram terlebih dahulu
·      Sekali program telah dimulai, rangkaian sistemtersebut tidak dapat dimodifikasi
·      Tidak ada kemampuan untuk mendeteksi atau mengkoreksi kesalahan sebab feedback tidak dilibatkan.
Oleh karena itu sistem open-loop paling efektif dilakukan dalam lingkungan yang stabil dan dapat diduga, di mana kebutuhan untuk memodifikasi perintah rendah.

b.     Motor Program Sebagai Open-Loop Control
Dalam berbagai hal, banyak prilaku gerak, terutama yang cepat dan kuat, seoerti menendang dan melempar, nampaknya dikontrol dalam cara open-loop dan tanpa kontrol yang sadar.
Oleh karena itu, pelaku dalam tugas ini tidak mempunyai waktu untuk memproses informasi tentang kesalahan-kesalahan gerakan dan harus merencanakan gerakan dengan tepat terlebih dahulu. Ini btentunya berbeda dengan gaya pengontrolan loop tertutup, dimana gerakan-gerakannya berlangsung lambat dan benar-benar didasarkan pada proses feedback dari berbagai macam sumber.
Open-loop control terutama penting ketika situasi lingkungan stabil dan dapat diduga, dengan tidak adanya perubahan-perubahan dalam lingkungan yang memerlukan perubahan-perubahan dalam gerakan yang direncanakan setelah dilaksanakan. Di bawah keadaan stabil, gerakan manusia nampaknya dilakukan tanpa banyak kemungkinan untuk modifikasi.
Berdasarkan penjelasan di atas mekanisme pengontrolan perilaku gerak seperti di bawah ini:


H.    DIAGNOSTIK SEBELUM MEMBUAT PERENCANAAN BELAJAR GERAK
Faktor-faktor yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum membuat perencanaan pembelajaran gerak. Dengan menegtahui berbagai faktor tersebut, maka perencanaan dapat dibuat secara lebih terarah sesuai dengan spesifikasinya. Beberapa faktor tersebut dapat dikategorikan ke dalam siapa, apa, dan dimana. 
SIAPA
Termasuk ke dalam kategori siapa adalah karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran
1.    Karakteristik siswa. Beberapa karaktersitik siswa yang harus didiagnosis terlebih dahulu dalam merancang pembelajaran gerak meliputi:
a.    Usia,
b.    Pengalaman belajar,
c.    Motivasi,
d.    Tahapan belajar gerak,
e.    Abilities,
f.     Attention,
g.    Arousal,
h.    Memory,
i.      Information processing capability.
2.    Tujuan pembelajaran. Beberapa tujuan pemeblajaran yang harus diketahui terlebih dahulu  dalam merancang pembelajaran gerak meliputi:
a.    Program belajar,
b.    Parameter belajar,
c.    Error detection and correction,
d.    Skill refinement,
e.    generalization.

APA
Apa bahan ajar yang akan dipelajarinya dan bagaiman karaktersitik bahan ajar tersebut. Beberapa karaktersitik bahan ajar yang harus menjadi perhatian dalam membuat perencanaan pembelajaran meliputi:
1.    diskrit/serial/continuous
2.    motor/cognitif
3.    closed/open
4.    closed-loop control
§  exteroceptive feedback
§  proprioceptive feedback
5.    open-loop control
§  motor program
§  generalized motor programs
6.    Speed-accuracy trade-offs
§  Spatial accuracy
§  Temporal accuracy
7.    Object amnipulation
8.    Information-processing demands
§  Stimulus identification
§  Response selection
§  Response programming
9.    Risk of injury

DIMANA
Dimana keterampilan itu akan digunakan dengan kata lain apa atau konteks lingkungan apa yang akan menjadi target penggunaan keterampilan tersebut. Beberapa diantara target konteks lingkungan yang seringkali menjadi target penerapan keterampilan yang dipelajari dan harus menjadi perhatian dalam membuat perencanaan pembelajaran meliputi:
1.    Rekreasi
2.    Kompetisi
3.    Clinical
4.    Home
5.    Tidak ada tuntutan apapun


I.       FAKTOR-FAKTOR PENTING KEBERHASILAN BELAJAR GERAK
            Faktor-faktor yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum membuat perencanaan pembelajaran gerak. Dengan mengegtahui berbagai faktor tersebut, maka perencanaan dapat dibuat secara lebih terarah sesuai dengan spesifikasinya. Beberapa faktor tersebut dapat dikategorikan ke dalam persiapan, struktur latihan, penyajian, dan feedback. 

1.    Persiapan Pembelajaran
       Beberapa faktor yang harus dibuat dalam persiapan latihan adalah sebagai berikut
a.      Penetapan Tujuan
o    Outcomes
o    Performance Goals
o    Process goals
Penetapan tujuan merupakan faktor penting yang harus dilakukan oleh setiap pelatih atau guru dalam melatih keterampilan atau gerak. Penetapan tujuan merupakan proses menetapkan target perubahan penampilan setelah melakukan latihan. Tujuan yang minimal harus ditetapkan meliputi tujuan outcomes, performance (penampilan), dan tujun proses. Tujuan outcomes merupakan target penampilan gerak yang difokuskan pada hasil akhir latihan, misalnya menampilkan gerak secara konsisten dalam pertandingan atau kompetsisi. Tujuan penampilan merupakan target peningkatan penampilan gerak yang lebih baik daripada penampilannya sebelumnya, misalnya meningaktkan kekempuan memblok bola dari 40% menjadi 60% tinglkat keberhasilannya. Tujuan proses merupakan target peningkatan kualitas dari penampilan gerak, bola hasil blok menusuk melewati net jatuh didaerah lawan.

b.      Tahapan belajar
Tahapan belajar merupakan perbedaan relatif dan perbedaan urutan tahapan dari proses belajar, yang meliputi tahap kognitif, gerak/fiksasi, dan otomatisasi. Persiapan pembelajaran harus menyesuaikan dengan tahapan belajar siswanya. Rancangan pembelajaran pada tahap kognitif harus berbeda dengan rancangan pembelajaran untuk tahap fiksasi demikian juga tahap otomatisasi (lihat lagi tahapan belajar gerak pada uraian sebelumnya).

c.      Transfer of learning
Kemampuan atau keterampilan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar yang dibawa dan masih berguna pada proses pembelajaran keterampilan lainnya.

d.      Target skills
Target skill adalah gerakan yang ingin dikuasai atau ditampilkan oleh pembelajar untuk meraih tujuan belaajrnya, misalnya dapat melakukan teknik rebound (bola pantul) secara efektif.

e.      Target behavior
Target behavior atau perilaku adalah perilaku yang harus dilakukan individu untk dapat meraih keterampilan yang menjadi target dengan berhasil pada target konteks, misalnya kemampuan memblok lawan dengan menggunakan badan pada setiap melakukan tembakan dalam permainan bola basket.

f.       Target konteks
Target konteks adalah konteks lingkungan simana pembelajaran ingin mampu menampilkan keterampilan yang dipelajarinya, misalnya pada saat kompetisi antar pelajar tingkat nasional (O2SN).

g.      Performance measure
Ukuran penampilan atau performance measure merupakan ukuran-ukuran yang dapat dijadikan indikator tercapainya penguasaan keterampilan yang menjadi target, yang di dalamnya meliputi ukuran outcomes dan ukuran proses
o    Outcome measure
Ukuran-ukuran penampilan yang menunjukkan penampilan akhir yang menjadi target.
o    Process measure
Ukuran-ukuran penampilan yang menunjukkan penampilan kualitas gerak, biasanya melibatkan instrumen subjektif dari tenaga ahli dibidangnya.
h.     generalization
merupakan jenis transffer belajar (transfer off learning) yang terjadi dari satu gerakan ke gerakan atau situasi lainnya yang sangat mirip, seing juga disebut transfer dekat (near transfer). Lawannya adalah transfer jauh (far transfer), yaitu jenis transfer belajar yang terjadi dari satu belajar gerak ke belajar gerak lainnya yang berbeda.

2.    Penyajian Pembelajaran

a.   Klarifikasi harapan
Harapan adalah suatu keinginan dari gurunya terhadap siswanya. Keinginan tersebut dapat dalam bentuk perilaku umum seperti respek, bekerja keras, ulet, dsb., maupun dalam bentuk rutinitas seperti berbaris , berdo’a, melakukan pemanasan, mendengarkan instruksi gurunya, dsb. Makin jelas harapan, makin realistik harapan, makin cenderung terwujud dalam perilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Harapn yang terwujud akan membantu meningakatkan efektivitas dan jumlah waktu aktif belajar gerak.
b.   Pengelolaan arousal
Arousal adalah tingkat kegembiraan (erat kaitannya dengan tingkat kesiagaan) dalam melaksanakan tugas gerak. Proses pembelajaran harus mampu memelihara tingkat kegembiraan siswa secara moderat. Hubungan arousal dengan performa seringkali berbentuk U terbalik.

c.   Fokus perhatian merupakan kondisi perhatian yang secara langsung terhadap sumber informasi atau objek yang yang harus diperhatikan. Perhatian seseorang dapat secara fokus dan langsung memperhatikan sumber informasi eksternal atau internal demikian juga dapat memperlebar atau mempersempit fokus hanya melibatkan sedikit atau banyak stimulus yang datang. Fokus perhatian ekternal adalah fokus terhadap sumber informasi yang datang dari lingkungan seperti: kecepatan bola, arah bola, putaran bola yang akan dipukul. Fokus perhatian internal adalah fokus terhadap sumber informasi yang datang dari dalam diri sendiri seperti: berupa kinestetik (perasaan yang berhubungan dengan gerakan, otot, atau sendi, perkenaan dengan bola, keseimbangan, dsb), visual (misalnya melihat gerakan objek bola yang akan dipukul pada saat menerima servis dalam tennis), maupun ouditory (misalnya mendengar suara pistol pada saat lari, atau mendengar pukulan rakuet terhadap bola dsb.).

d.   Instruction
Instruktion atau instruksi pada dasarnya adalah proses pemberian informasi kepada anak, biasanya disampaikan dengan penjelasan. Ada dua macam instruksi yang biasanya disampaikan oleh guru Pendidikan Jasmani kepada siswa yaitu: pertama adalah instruksi yang berhubungan dengan mengorganisasi siswa (instruksi organisasi) dan kedua adalah instruksi yang berhubungan dengan informasi isi pelajaran (instruksi informasi). instruksi organisasi siswa maksudnya adalah memberitahu siswa apa yang akan dilakukan, dengan siapa, dimana, menggunakan alat apa, dsb. Instruksi informasi pada dasarnya adalah penyampaian informasi tentang isi pelajaran seperti misalnya: bagaimana cara mendarat setelah melompat, bagaimana cara mengatur langkah dalam lari jarak jauh, dsb. Beberapa kata kunci yang sering dijadikan acuan membuat instruksi yang efektif misalnya: sederhana/simpel, singkat, menggunakan kata kunci, berdasarkan hasil observasi.

e.   Demonstration
Instruksi saja terkadang kurang dapat dimengerti oleh siswa, terutama bagi anak-anak yang masih kurang pengertiannya untuk menangkap suatu konsep. Oleh karena itu, pada saat tersebut, pemberian demonstrasi akan sangat membantu. Demonstrasi pada dasarnya adalah peragaan baik yang dilakukan oleh guru  maupun oleh siswanya yang bertujuan untuk memperjelas konsep atau instruksi yang baru saja diberikan oleh gurunya. Seperti halnya instruksi. Beberapa pertimbangan dalam melakukan demonstrasi antara lain: lokasi untuk demonstrasi, keseluruhan/bagian, normal/pelan, ffokus verbal.

f.    Guidance
Guidance pada dasarnya adalah suatu prosedur yang digunakan baik secara fisik, verbal, maupun visual mengarahkan siswa dalam melakukan aktivitas geraknya agar dapat mengurangi kesalahan gerak atau rasa takut dalam melakukan gerak yang membahayakan.

g.   Physical Rehearsal
Phyasical rehearsal atau dalam bahasa sederhana latihan keterampilan fisik adalah suatu proses latihan untuk menguasai suatu keterampilan. Semua belajar gerak perlu melakukan bentuk latihan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa penguasaan gerak diperoleh setelah melakukan latihan. Beberapa bentuk latihan gerak meliputi: simulator, part practice, slow motion practice, dan eror detection practice.
o  Simulators: suatu alat latihan yang mencerminkan gambaran nyata dari tugas gerak yang sebenarnya, seperti dalam mesin bermain catur.
o  part practice: suatu prosedure latihan gerak kompleks dalam bentuk yang lebih sederhana, seperti melalui metode pemilahan (fractionization), segmentasi, dan simplipikasi.
-       metode pemilahan merupakan salah satu tipe latihan parsial dimana dua atau lebih  bagian dari keterampilan dilatih secara terpisah, misalnya dalam lompat jauh, dipelajari secara terpisah awalannya, tolakannya, melayangnya dan mendaratnya.
-       metode segmentasi merupakan salah satu tipe latihan parsial dimana satu bagian dari keterampilan kompleks dipelajari hingga dikuasai, untuk selanjutnya ditambahkan bagian kedua, dan kedua-duanya dilatihkan secara bersamaan hingga dikuasai, selanjutnya setelah bagian satu dan dua dikuasai, maka ditambahkan lagi bagian ketiga, hingga bagian 1, 2, dan 3 dipelajari secara bersamaan, dst hingga seluruh bagian keterampilan kompleks dikuasi secara utuh, metode latiha seperti ini juga sering disebut metode progresif.
-       metode simplipikasi merupakan salah satu tipe latihan parsial dimana beberapa kesulitan dalam melakukan keterampilan yang sedang dipelajari dikurangi, misalnya dengan melakukan latihan slow motion atau menggunakan bola ringan dan besar pada pembelajaran service tennis. Slow motion practice tidak bagus dikaitkan untuk meraih target konteks yang menuntut normal motion, slow moton practice lebih ditujukan pada menyempurnaan gerak.
o  Erorr detection practice (latihan mendeteksi kesalahan): adalah belajar mendeteksi kesalahan. Seorang siswa dalam belajar selain diharapkan menguasai keterampilan juga mampu mendeteksi kesalahan. Pembelajar yang mampu mendeteksi kesalahan gerak yang dialkukannya sendiri akan lebih sensitif terhadap sejumlah informasi dari gerakan yang dilakukannya. Informasi tersebut dapat berupa kinestetik (perasaan yang berhubungan dengan gerakan, otot, atau sendi, perkenaan dengan bola, keseimbangan, dsb), visual (misalnya melihat gerakan objek bola yang akan dipukul pada saat menerima servis dalam tennis), maupun ouditory (misalnya mendengar suara pistol pada saat lari, atau mendengar pukulan rakuet terhadap bola dsb.).

h.   Mental rehearsal
Mental rehearsal adalah suatu prosedur dimana pembelajara berpikir tentang melakukan suatu gerakan tanpa hadirnya gerakan nyata. Dua teknik mental rehearsal meliputi: mental practice dan mental imagery.
o  Mental practice atau latihan mental adalah suatu proses latihan dimana pelaku memikirkan tentang aspek kognitif, simbolik, aatu prosedura suatu gerakan tanpa hadirnya gerakan nyata sebenarnya.
o  Mental imagery adalah suatu proses latihan dimana pelaku membayangkan dirinya sendiri melakukan suatu gerakan berdasarkan perspektif dirinya atau orang ketiga.

3.    Struktur Pembelajaran
a.  Schema development
Teori schema mengatakan bahwa manakala individu berlatih suatu gerakan pada kelas tertentu (misal lempar 30 meter), maka individu itu mendapatkan sejumlah aturan atau schema, yang dapat mereka gunakan untuk mementukan ukuran/parameter penting dalam mendapatkan versi yang berbeda dari latihan sebelumnya (lempar pada jarak yang berbeda, 40, 50, 60 meter, dst). Shema pada dasarnya adalah sejumlah aturan yang berhubungan dengan variasi hasil latihan individu (latihan 30 meter lempat lembing) terhadap nilai ukuran/parameter  yang dipilih individu untuk menghasilkan outcomes itu (misalnya menggunakan tenaga yang lebih kecil untuk melempar jarak yang lebih pendek). Parameter/ukuran adalah nilai yang ditetapkan oleh pelaku sebagai parameter program gerak secara umum (kecepatan melakukan gerakan, ayunan gerakan, dsb.), yang menyebabkan individu menyesuaikan pola gerakan untuk memenuhi spesiffikasi tuntutan lingkungannya.
o  Constant practice: suatu urutan latihan dimana individu hanya melakukan satu variasi latihan dari satu keterampilan gerak tertentu pada satu sesi latihan (latihan tidak bervariasi).
o  Varied practice: suatu urutan latihan dimana individu berlatih sejumlah variasi dari satu keterampilan gerak tertentu pada satu sesi latihan, sering juga disebut latihan bervariasi (latihan bervariasi).

b.  Facilitating transfer
Fasilitating transfer adalah suatu media atau instrumen yang digunakan sebagai proses transer keterampilan dari satu kondisi ke kondisi yang berbeda
o  Block practice: suatu latihan dimana individu secara berulang-ulang melakukan gerakan yang sama.
o  Random practice: suatu latihan dimana individunya melakukan sejumlah tugas gerak yang berbeda-beda dengan struktur yang random, menghindari atau menguarangi pengualangan tugas gerak yang sama secara berurutan.
o  Consistent Stimulus-Respon (S-R) Mapping: suatu kondisi penampilan yang digunakan untuk merespon pola stimulus tertentu yang selalu memerlukan respon yang sama, misal belajar kombinasi pukul, tangkis, pukul dalam olahraga beladiri. Latihan ini didasarkan pada hasil mapping tentang kecenderungan pola seranagn dari lawan.
o  Varied S-R Mapping: suatu kondisi penampilan yang digunakan untuk merespon pola stimulus tertentu yang memerlukan respon yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda atau kondisi yang berbeda, hal ini sering terjadi pada gerak open skill.

4.    Feedback Pembelajaran
a.   Instrinsic Feedback: inffformasi sensor yang terjadi pada saat individu melakukan gerak. Hal itu dapat datang dari sumber luar badan (exteroception) dan dari luar badan (proprioception). Exteroception infromasi sensor yang utamanya datang dari luar tubuh seseorang. Proprioception informasi sensory yang datang dari dalam dirinya yang memberi signal pada tubuh, anggota badan, dan gerakan, seperti kinestetik.

b.   Extrinsic Feedback: informasi sensory yang disediakan oleh sumber luar yang pada umumnya terjadi pada saat individu melakukan gerak, sering disebut juga augmented feedback

o  Knowledge of results: merujuk pada feedback exstrinsik biasanya berupa informasi verbal yang diberiakan setelah melakukan gerakan, isinya tentang tingkat ketercapaian gerakan yang dilakukan pelaku.

o  Knowledge of performance: merujuk pada feedback ekstrinsik yang memberikan informasi tentang kualitas gerakan yang dilakukan pelaku, sering disebut juga feedback kinematik, yaitu feedback tentang kesalahan temapt (displacement), kecepatan, percepatan, atau aspek lain dari gerakan itu sendiri.
o  Motivating feedback: merujuk pada feedback ekstrinsik tentang kemajuan individual dalam meraih tujuan yang memberi semangat dan langsung terhadap perilaku pelaku.
c.   Instructional decision
o  Type of feedback
-   Program feedback dan parameter feedback
ü  Program feedback adalah feedback tentang kesalahan mendasar mengenai pola gerakan yang dilakukan pelaku (generalized motor program).
ü  parameter feedback adalah feedback yang berisikan tentang informasi kesalahan nilai parameter (ayunan, kecepatan, kekuatan) yang dipilih untuk menyesuikan dengan tuntutan kebutuhan lingkunagn.
-   Visual/verbal/manual: informasi dalam bentuk visual (rekaman video), verbal (kata-kata), dan manual (langsung)
-   Deskriptive dan prescriptive feedback
ü  Deskriptive feedback: adalah feedback yang menggambarkan kesalahan individu selama melakukan gerakan;
ü  Preskriptive feedback: adalah fedback yang menggambarkan kesalahan individu selama melakukan gerakan dan merekomendasikan apa yang ahrus dilakukan individu untuk memeperbaikinya.
o  Amount of feedback
-   Average feedbck adalah feedback yang diberikan setelah melakukan beberapa kali latihan, berisikan informasi tentang rata-rata penampilan pada setiap kali melakukan latihan.
-   Summary feedback adalah feedback yang diberikan setelah melakukan beberapa kali latihan, berisikan informasi tentang masing-masing penampilan latihan.
o  Precision of feedback dan Frekuency of feedback akan banyak bergantung pada karakteristik siapa dan tugas geraknya



J.  PHASE PERKEMBANGAN, PENDEKATAN, DAN TAHAPAN BELAJAR GERAK
Indikator penting untuk mengetahui perkembangan gerak adalah perilaku gerak secara umum (yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun faktor biologis). Dengan melalui observas, kita akan dapat mengetahui perubahan-perubahan perilaku gerak baik perubahan dalam proses (form) maupun product (performance). Dengan kata lain perkembangan gerak pada dasamya dapat kita ketahui melalui pengarnatan terhadap perubahan-perubahan progresive path kemampuan gerak anak. perubahan-perubahan inilah selanjutnya dijadikan indikator yang melandasi proses gerak. Secara keseluruhan, gambaran pase perkembangan gerak tersebut mungkin dapat penulis gambarkan seperti yang tercantum di bawah mi.

1.    Phase Gerak Reflexive
Gerak yang paling awal dilakukan organ tubuh adalah gerak refleks yang sering disebut pula sebagai gerak di bawah sadar. Gerak refleks mi merupakan phase dasar atau awal dalam perkembangan gerak. Melalui aktivitas refleks, bayi memperoleh informasi tentang lingkungannya. Reaksi bayi terhadap sentuhan, sinar, suara, dan perubahan uadara merupakan beberapa penyebab terjadinya gerak refleks. Gerak refeks mi memegang peranan penting dalam membantu bayi memelajari tubuhnya dan Iingkungan sekitarnya. Dilihat daii perkembangan geraknya, refleks mi dapat dikiasifikasikan ke dalam tahap mengumpulkan informasi (‘information encoding stage) dan tahap memproses informasi (information decoding stage).
a.    Tahap mengumpulkan informasi (information encoding stage)
Sejak janin sampai kira‑kira bayi berusia empat bulan, sebagian besar gerakan dikendalikan oleh rekasi‑reak‑si bawah sadar terhadap perubahan­-perubahan udara, tanda, suara, dan sentuhan atau stimulus yang bersifat fisical lainnya. Stitnulus‑stirnulus berikut responnya tersebut membentuk dasar untuk tahap mengumpulkan informasi (information gathering stage) dan pase gerak refleks. Pada tahapan ini, refleks‑refleks tersebut bertindak sebagai alat pengumpul infonnasi pokok dalam, kehidupannya. Untuk selanjutnya infonnasi tersebut di simpan di dalarn CORTEX yang sedang berkembang.

b.    Tahap Memproses Informasi (inrormation decoding stage).
Sebab pusat otak bagian atas (higher brain centers) menjadi lebih baik dalam mengendalikan perangkat sensorimotor, maka daya memori yang keberadaannya sernakin membaik akibat pengulangan penampilan aksi refleks postural, menyebabkan bayi mampu memproses informasi secara lebih efisien. Tahapan memproses informasi ini sesuai dengan tiga tahap pertarna dari phase perkembangan sensorimotor dari Piaget, yaitu: penggunaan refieks‑refleks, reaksi‑reaksi sirkular primer, dan reaksi‑reaksi sirkular sekunder.

2.    Phase Gerak Kasar (Rudimentary Movement Phase)
Bentuk awal dari gerak sadar adalah gerak kasar. Gerakan‑gerakan ini dapat dilihat pada bayi dari mulai lahir sampai kira‑kira berusia dua tahun. Gerak kasar ini banyak ditentukan olch kematangan (maturiti) dan ditandai oleh sequen gerak yang sangat mudah diduga. Sequen ini biasanya bersifat bertentangan dengan kondisi normal. Kemampuan bayi untuk menampilkan gerak kasar ini satu sama lain berbeda‑beda tergantung dari faktor‑faktor biologis dan lingkungannya. Kernampuan gerak kasar bayi ak‑an menjadi bentuk dasar dari gerak sadar yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya (survive). Gerak tersebut meliputi:
      stability movement yang antara lain meliputi: perolehan control terhadap kepala, leher, dan otot‑otot punggung.
      Manipulative movement yang antara lain mehputi tugas‑tugas meralk memegan& merebut, dan melepaskan.
      locomotor movement yang antara lain meliputi gerak‑gerak: merayap, merangkak, dan berjalan.

Gerak kasar ini dapat dibagi ke dalam. dua phase, yaitu reflex inhibition stage dan
precontrol stage.
a.    Tahap Reflek Terhambat (Reflex Inhibition Stage)
Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap transisi gerak tidak sadar ke gerak sadar. Phase ini mungkin sekah terjadi setelah bayi dilahirkan. Setelah kelahiran, gerak reflek mendominasi perbendaharaan gerak bayi. Untuk selanjutnya, gerak bayi dipengaruhi secara semakin meningkat oleh perkembangan cortex. Sebaliknya, perkembangan cortex ini menyebabkan beberapa reflek menjadi terharnbat dan untuk selanjutnya secara bertahap bahkan mengbilang. Gerak reflek baik primitive maupun postural untuk selanjutnya diganti oleh gerak sadar. Pada inhibition stage ir* gerak sadar dan gerak tidak sadar sangat sulit dibedakan. Hal ini karena perangkat neuromuskular (perangkat gerak) bayi masih pada tahap perkembangan kasar. Gerakan bayi~ meskipun secara sengaja, nampaknya tidak terkontrol dan sangat kasar. Apabila bayi ingin menyentuh suatu objek, mak‑a akan terjadi gerakan global/kasar dari keseluruhan tangan, pinggang, lengan, bahu, dan bahkan punggung. Proses memindahkan tangan untuk meraih suatu objek tersebut sangat tidak terkendah meskipun gerakannya disadari (voluntary movemen).

b.    Precontrol Stage
Awal dari gerak sadar merupakan tahapan dimana anak sangat sulit mengendalikan gerak yang dilakukan‑nya, tahapan inilah yang yang disebut tahapan precontrol. Oleh karena itu, pada tahapan ini bayi berusaha belajar mengendalikan gerak yang dilakukannya. Pengendahan gerak bayi tertuju pada belajar untuk mendapatkan dan mempertahankan gerak keseimbangan (stability), gerak manipulative (manipulation), dan gerak pindah tempat (locomotor). Kemampuan perolehan gerak kasar (rudimentary) olch bayi akan sangat ditentukan oleh perkembangan cognitif dan juga proses belajar geraknya. Proses kematangan bayi sangat mungkin inempengarubi kecepatan dan perolahan kendali dalam melakukan gerak rudimentary, namun demikian perkernbangan gerak profisiensi yang dilakukannya masih tetap relatif kurang memuaskan.

3.    Fase Gerak Dasar (Fundamental Movement Phase)
Setelah anak melewati pase gerak rudimentary, selanjutnya ia memasuki pase gerak fundamental. Pada pase ini pada umumnya anak aktif melakukan explorasi dan experimentasi dengan kemarnpuan gerak yang dimilikinya. Pase ini merupakan pase bagi anak untuk menemukan bagaimana melakukan macam‑macam gerak stability, manipulatif, dan gerak lokomotor, pada awalnya dilakukan secara terpisah bagian perbagian dan selanjutnya dik‑ombinasikan. Anak yang sedang mengembangkan pola gerak dasar pada dasamya sedang belajar bagaimana merespon gerak secara memadai dan fieksibel dengan stimulus yang diperolchnya. Dengan begitu, anak akan memperoleh penambahan kemampuan mengendalikan geraknya. Pola gerak dasar merupakan pola gerak dasar yang dapat diobservasi. Gearak dasar ini terdiri dari gerak stability, misalnya beijalan di atas balok dan sambil membawa tongkat; gerak ma0pulasi, mimlnyx lempar dan tangkap; dan gerak lokomotor, misainya lari dan lompat.
Perkernbangan gerak dasar dipe ngaruhi pula oleh kematangan. Akan tetapi faktor yang lebih dominan mempengaruhi perkembangan gerak dasar adalah: kesempatan melakukan gerak, motivasi~ dan proses pembelajaran. Secara urnum tahapan perkembangan gerak dasar dapat dibagi menjacli tiga bagian, yaitu tahap awal (initial stage), tahap menengah (elementary stage,), dan tahap matang (‘mature stage,).

a.    Initial Stage (tahap awal)
Tahap awal mi maksudnya adalah tahapan dimana anak untuk pertama kalinya berusaha menampilkan gerak yang berorientasi pada keterampilan gerak dasar. Gerakan pada tahap mi ditandai oleh hilangnya atau tidak sempurnanya susunan dan setiap bagian gerakan, kaku, berlebihan dalam melibatkan bagian anggota tubuh, tidak berirarna, dan tidak terkoordinasi. Pada tahap mi, usaha anak untuk melakukan gerakan sering kali sangat nyata terlihat. Beberapa komponen dan pola gerak yang bersifat umum seperti gerak awalan atau akhiran seiing kali tidak muncul. Pada umurnnya anak yang berusia 2 tahun berada pada tahapan mi. Walaupun diantara mereka pada gerak tertentu mungkin sudah melewati tahapan mi.

b.    Elementary Stage
Pada tahap mi, anak dapat melakukan gerak dasar dengan lebih terkendali (pengendalian terhadap keseluruhan geraknya relatif lebih baik atau lebih terkontrol) dan iramanya lebih terkoordinasi. Beberapa komponen dan gerak yang bersifat umum nampak ada dilakukan walaupun pola geraknya masih salah atau masih kaku dan berlebihan. Anak yang berusi 3 - 4 tahun path umumnya berada pada tahap mi. Tidak sedikit, path banyak pola gerak dasar tertentu, anak gagal berkembang melewati tahapan mi dan masih tetap pada tahap liii untuk sepanjang hidupnya sampai ia dewasa. Hal mi disebabkan oleh kurangnya kesempatan berlatuh, motivasi, dan kualitas pembelajaran (Mc Clenaghan dan Galiahu, 1 978 a).


c.    Mature stage
Pada tahap mi, gerakan yang ditampilkan terkoordinasi, terkendali, dan secara mekanik efisien. Semua komponen gerak yang bersifat nampak umurn terkoordinasi dengan balk, gerak terlihat mempunyai tujuan. Gerakan mirip seperti pola gerakan yang ditampilkan oleh orang dewasa terutama dalam hal kualitas (susunan, runtun, irama) dan pengendaliannya. Tetapi penampilannya tetap kurang apabila diukur secara kuantitatif, misalnya dilihat dan jarak hasil lompatan. Anak yang berusia 5 dan 6 tahun seharusnya berada pada tahap mi.
Meskipun untuk beberapa anak, pecapaian tahap im banyak dipengaruhi oleh kematangan dan sedikit sekali dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh lingkungamiya, namun sebagian besar pencapaian pesat pada tahap mi terutama dipengaruhi oleh faktor kesempatan berlatih, motivasi berlatih, dan kualitas pembelajaran. Apabila selama pase gerak dasar mi, anak tidak mendapatkan ketiga foktor tersebut di atas, maka besar kemungkinan anak mi tidak sempat rnencapai mature stagenya pada pase mi dan akan mendapatkan kesulitan dalam pencapaian perkembangan penuh path pase berikutnya.

4.    Sport-Related Movement Phase
Pase ini merupakan akhir dan pase gerak dasar. Pada pase liii, gerakan digunakan lebih luas lagi. Akti’itas bergerak tidak lagi dijadikan alat untuk dapat melakukan gerakan. Akan tetapi dijadikan alat untuk dapat melakukan macam-macam aktivitas seperti: aktivitas permainan (baik permaian kompetisi maupun permainan kelompok), aktivitas olahraga, aktivitas tan, dan aktivitas-aktivitas rekreasi. Pase mi merupakan pase di mana keterampilan gerak dasar stability, lokomotor, dan manipulatif secara progresif disempurnakan, dikombinasikan, dan dielabosi secara lebih jauh sehingga gerakan dapat digunakan secara efektif pada aktivitas-aktivitas yang diperlukannya. Sebagai contoh, gerak-gerak dasar seperti loncat dan lompat, sekarang dipelajari untuk dapat melakukan aktivitas skiping dan lompat jangkit.
Perkembangan keterampilan gerak selama pase mi tergantung pada macam-macam faktor kognitil afektif dan psikomotor, termasuk tinggi badan, berat badan, kecepatan reaksi, koordinasi, bentuk badan, kebiasaan, tekanan temannya, dan emosionalnya. Para ahli motorik pada umumnya membagi pase mi ke dalarn tiga stage (tahap), yaitu stage umuin atau transisi (general or transitional stage), stage keterampilan gerak khusus (specfic movement skill stage,), dan stage keterampilan gerak spesial (specialized movement skill stage).


a.    General atau Transitional Stage
Anak yang berusia tujuh hingga delapan tahun path umumnya berada path stage (tahap) mi. Path tahap iiii, anak mulai mengkombinasikan dan menerapkan keterampilan gerak dasar pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan olahraga. Stage iiii merupakan stage yang sangat rnenyenangkan bagi orang tua, guru, dan juga anak itu sendiri. Pada stage mi, anak sangat aktif untuk menemukan dan mengkombinasikan macam-macam skill dan pola gerak yang dimilikirya dan anak seringkaii mendapatkan kesenangan daii perolehan kemampuannya yang semakin baik.
Fokus perhatian orang tua dan guru path anak yang berath path tahap mi adalah bagaimana mengembangkan dan memperluas kemampuan anak path berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan olahraga secara luas. Usahakan agar anak tidak dikhususkan atau dibatasi keterlibatannya hanya path aktivitas tertentu. Hal mi besar kemungkinan akan mcnghasilkan efek yang tidak memuaskan pada kedua stage berikutnya dan pase im (sport-related movement phase). Schmidt (1977) menyatakan bahwa: vanasi pengalaman gerak akan menyebabkan peningkatan kemampuan untuk bergerak.

b.    Specific Movement Skill Stage
Perubahan perkembangan skill menarik terjadi kira-kira path anak usia 11 hingga 13 tahun. Kemampuan kognitif afektiL dan psikomotor yang diikuti oleh hasrat bergerak secara aktif pada stage sebelurnnya menyebabkan anak memiliki gerakan yang lebih bervanasi, bersifat umum, dan berlaku untuk semua aktivitas. Karena pada stage mi, kemampuan kognitif anak semakin meningkat demikian juga dasar pengalaman geraknya semakin luas, maka pada stage mi anak belajar membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi dan mempelajari aktivitas berdasarkan pada macam-macam faktor yang dipertimbangkannya sendiri. Misal anak mulai secara sadar membuat keputusan berdasarkan aspek-aspek senang dan tidak senang, sempat dan tidak sempat, mampu dan tidak mampu untuk menghusukan aktivitas olahraga yang akan dllakukannya. Anak mulai mencari dan membatasi keterlibatannya pada olahraga tertentu. Pada stage mi penekanan hendaknya diberikan secara lebih khusus pacla bentuk, skill, dan ketepatan penampilan geraknya. Stage mi merupakan stage dimana skill yang lebih kompleks diperbaiki dan diterapkan pada akth’itas tertentu, yaitu aktivitas-aktivitas yang rnengarah path permainan yang sebenamya dan olahraga tertentu

c.    Specialized Movement Skill Stage
Stage im path umumnya dimulai pada usia 14 tahun dan terus hingga dewasa. Stage iiii merupakan puncak dan proses perkembangan dan biasanya ditandai dengan adanya keinginan individu untuk berpartisipasi path sejurnlah aktivitas tertentu dalam kehidupannya. Faktor-faktor seperti minat, kemampuan dan pilihan yang dilakukan path stage sebelumnya akan terbawa path stage mi dan berkembang lebih sesuai lagi. Demikian juga ketersediaan waktu, uang, peralatan, fasiitas untuk berpartisipasi akan sangat berpengaruh pada tahapan mi. Oleli karena itu, kualitas keterlibatan individu pada akthitas olahraga tertentu path stage mi akan bergantung pada bakat dan minat, kesempatan, kondisi fisik, dan rnotivasinya. Untuk itu, level penanmpilan indiidunyapun akan merentang dan mulai profesional dan olympic level sampai pada antar club, sekolah, sapai pada olahraga yang bersifat rekreasi saja.
            Hal yang perlu kita ingat sebagai pendidik adalah: salah satu tujuan pokok pendidikan path aspek mi adalah inengembangkan individu-individu pada suatu titik dimana mereka menjadi sehat, senang, dan menjadi anggota masyarakat yang balk. Untuk itu, kita penn menyadari bahwa pembenian pengalaman belajar harus bersifat progresif dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Flal liii merupakan aspek penting untuk dapat mengemhangkan kemampuan gerak anak secara seimbang (balance motor development). Dengan demikian diharapkan kita thpat memberi kontnibusi terhadap perkembangan mdividu secara rnenyeluruh

K.   PEMBELAJARAN GERAK DASAR
Anak-anak pada usia taman kanak-kanak dan usia awal sekolah dasar banyak terlibat di dalam proses pengembangan dan perbaikan kemampuan gerak dasar. Keadaan mi mengandung arti bahwa mereka hams diberi fasilitas sejumlah pengalaman belajar yang sesuai dengan tingkat perkemangannya sehingga dapat memperluas pengetahuan dan kemampuan geraknya. Pengalaman gerak yang diberikan tidak ditujukan untuk mengembangkan gerak pacla level dan situasi tertentu (misalnya sepak bola saja). Akan tetapi pengalaman gerak dimaksud harus bersifat umum clan bervariasi sehingga anak dapat bergerak dengan efisien secara body mechanics.

1. Gerak Dasar
Gerak dasar hanya melibatkan elemen-elemen dasar dati gerak umum. Gerak dasar tidak melibatkan teknik-teknik khusus serta tidak melibatkan kombinasi variasi gerak kompleks seperti yang sering ditampilkan dalam cabang olahraga tertentu. Gerak dasar masih bersifat umum, masing-masing pola gerak dasar pada awalnya dipelajari secara terpisah dari pola gerak yang lainnya dan kemudian dihubungkan dan dikombinasikan dengan pola gerak lainnya. Pola-pola gerak lokomotor seperti lan, lompat, dan sliding atau pola-pola gerak manipulatif seperti melempar, menangkap, dan menendang, path awalnya dipelajani oleh anak secara terpisah. Untuk selanjutnya secara bertahap dikombinasikan clengan cara-cara yang bervaniasi clan dimanipestasikan ke dalam bentuk permainan yang mirip olahraga.
Bentuk gerak dasar ini pada dasarnya dapat dibagi ke dalam tiga klasifikasi yaitu: gerak dasar lokomotor, manipulat dan stability. Untuk lebihjelasnya, lihat tabel di bawah ini.


a.    Gerak Pindah Tempat/Lokomotor
Kemampuan pindah temp at merupakan salah satu aspek penting bagi anak untuk dapat berpartisipasi dalam suatu aktivitas gerak. Gerak pindah tempat akan melibatkan proyeksi tubuh, sasaran, dan pindah lokasi pada tempat yang sudah ditentukan.Gerak pindah tempat hendaknya dilakukan dengan bervaniasi oleh anak sehingga mereka dapat merubah gerakannya sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan dari belajar gerak dasar lokomotor mi adalah agar anak mampu melakukan: macam-macam bentuk gerak dasar pindah tempat menuju tujuan; perubahan gerak yang satu ke gerak yang lainnya sesuai dengan kebutuhannya

b. Gerak Dasar Manipulatif
Gerak manipulatif pada dasarnya merupakan gerak yang berhubungan dengan objek. Gerak seperti mi bisa bersifat memberi kekuatan terhadap objek (niisal: melempar, menendang, dan memukul) maupun meneriina kekuatan dan objek (misal: menangkap dan menyetop bola). Gerak dasar manipulatif merupakan kombinasi dan dua atau lebth gerak dasar dan penggunaannya biasanya dikaitkan dengan gerak objek. Misal, gerak lempar pada dasamya merupakan gabungan dan gerak langkah, membalik, mengayun, dan meregang (stretching) untuk memindahkan suatu objek. Selain itu, gerak manipulasi menuntut anak belajar memperkirakan lintasan objek, jarak perpindahan objek, ketepatan, dan berat objek yang bergerak. Sehubungan dengan kompleksnya gerak, efektivitas penggunaan kemampuan gerak manipulatif pada aktivitas seperti olahraga tidak bisa diharapkan tercapai bersamaan dengan efektifnya penggunaan kemampuan gerak lokomotor dan gerak stability. Oleh karena itu, efektivitas penggunaan gerak manipulatif akan lebih nampak manakala pola gerak mi sudah terbentuk dengan baik.

c. Gerak Dasar Stability (keseimbangan)
Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan memelihara tubuhnya dalam keadaan seimbang sehubungan dengan tantangan daya tank bumi baik yang dilakukan pada aktiitas statik maupun dinamis. Untuk itu, garis dan titik berat badan harus tepat jatuh pada tumpuan. Kalau tidak, maka seseorang akan tidak seimbang dan bahkan akan jatuh kecuali jika melakukan gerak konvensasi.
Gerak seimbang statis maksudnya adalah setiap gerak diam di tempat di mana titik berat badan diam stabil dan ganis lunus dan titik berat badan jatuh tepat path tumpuan. Bentuk gerak keseimbangan statis mi dapat dilakukan sambil berdiri dengan tumpuan kaki (axial movements) seperti: berdiri diarn, bending, twisting, stretching, swingging, dan skatboard, atau kebaiikannya (inverted postures) seperti: berdiri dengan tángan, kepala, dan tripot. Faktor penting dan setiap gerak seimbang statis adalah tubuh memelihara posisi stabil selama waktu tertentu.
            Gerak seimbang dinamis maksudnya adalah setiap gerak pindah tempat di mana titik berat badan berubah-ubah secara konstan. Hampir semua gerak lokomotor dan mampulatif selalu melibatkan elemen gerak seimbang dinamis. Dengan kata lain hampir semua gerak akan selalu melibatkan elemen-elemen gerak seimbang statis dan dinamis, atau kedua-duanya. Oleh karena itu, gerak stability merupakan basis bagi semua gerak lainnya. Oleh karena itu juga, aktivitas belajar gerak seimbang memegang peranan penting untuk meningkatkan perkembangan pengendalian (control) gerak tubuh secara menyeluruh.


2. Pendekatan Belajar Gerak
Untuk kepentingan pembelajaran, selain diperlukan pengetahuan tentang tahapan perkembangan gerak, juga diperlukan pengetahuan tentang model tahapan dalam pendekatan pembelajaran gerak. Proses perkembangan gerak pada setiap individu cenderung mengikuti proses yang sama, yaitu:
-       perolehan kemajuan kemampuan gerak dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks,
-       mdividu melakukannya secara bertahap dari yang umum ke yang spesifik untuk memperoleh perkembangan dan perbaikan kemampuan geraknya.
Sehubungan dengan itu, proses pendekatan pembelajaran geraknyapun cenderung mengikuti pola yang sama, yaitu, exploratory, discovery, combination, selection, dan refined performance.

a. Exploratory (mencan-cari melalul percobaan-percobaan).
Dalam proses mi, guru memisah-rnisahkan dan memberikan gerakan-gerakan yang terdapat dalam suatu aktivitas kepada siswa. Pada tahapan mi, pembelajaran tidak langsung diarahkan agar individu mampu mengontrol gerakan akan tetapi lebih cenderung ditekankan agar individu terbiasa melakukan bentuk dan pola gerak yang bersifat kasar atau umum. Produk yang diharapkan pada tahap mi adalah: individu mengenal, dapat melakukan, dan terbiasa melakukan kerangka gerak yang bersifat kasar atau urnum.

b. Discovery (menemukan)
Dalam proses mi, mencarikan dan memberikan cara dan alat kepada siswa agar dapat melakukan gerak dengan lebih baik lagi melalui penayangan gerak yang dilakukan orang lain, gurunya sendiri (bila mungkin), gambar, film, atau buku. Path tahap ini, individu diharapkan mulai mendapatkan kemampuan koordinasi dan kontrol geraknya dengan lebih baik dan lebih otomatis dalam melakukan gerak umumnya. Produk yang diharapkan pada tahap mi adalah: individu dapat melakukan kerangka gerak secara lebih terkontrol, terkoordinasi, dan lebih otomatis.

c. Combination
Dalam proses mi, guru mencarikan dan memberikan kombinasi gerakan-gerakan (yang sebelumnya dilakukannya secara terpisah) dan mencobakarmya dengan cara-cara yang bervariasi. Tahap mi merupakan tahap latihan (practice stage) di mana gerak yang sebelumnya dilakukan secara teipisah, sekarang diintegrasi, dielaborasi, dan mulai diterapkan dengan cara yang bervarisai. Produk yang diharapkan path tahap mi adalah: individu dapat mengkombinasikan pola-pola gerak yang sudah dimilikinya

d. Selection
Dalam proses ini, guru memilih cara-cara yang terbaik untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan melalui macam-macam modifikasi permainan, alat, dan pelaksanaan kompetisi. Pendekatan mi lebih spesifik dan lebih mendetil dan pada pendekatan sebelumnya, yaitu dengan cara lebih memperhatikan penyempurnaan keseluruhan gerak yang ditampilkan. Produk yang diharapkan pada tahap mi adalah: individu memperoleh kesempumaan penerapan gerak pada aktivitas/olahraga yang ditentukan

e. Refined Performance (memperbaiki penampilan)
Dalam proses ini, guru memperbaiki gerakan-gerakan tertentu pada level yang lebih tinggi lagi. Selain dari itu, guru menampilkan kegiatan tertentu dengan menyajikan alat-alat pertandingan atau kegiatan olahraga lainnya yang bersifat formal atau informal. Tahapan ini digunakan pada tahapan otomatisasi (outomatic stage). Produk yang diharapkan pada tahap ini adalah: individu dapat melakukan secara otomatis penerapan gerak pada aktivitas/olahraga yang bersifat formal.
            Model pendekatan pembelajaran gerak ini cenderung berlaku untuk orang dewasa (sport- related movement phase) dan anak-anak (fundamental movement phase). Perbedaannya terletak pada lamanya waktu yang dihabiskan pada masing-masing tahap. Pada orang dewasa, waktu mungkin banyak tersita untuk tahap selection dan performance dan sedikit waktu untuk tahap exploratory discovery, dan combination. Sementara itu, untuk anak-anak, waktu yang tersita mungkin sebaliknya. Hal ini disebabkan karena kemampuan dasar yang dimiliki individu dan target gerak ototmatis dan setiap pahase.
            Kemampuan dasar pada phase gerak dasar berasal dan phase gerak kasar (rudimentary phase) sedangkan kemampuan dasar dan phase gerak olahraga berasal dari gerak dasar (fundamental phase). Tahapan gerak otornatis pada sport-related movement phase lebih bersifat spesifik ke kecabangan dalam olabraga. Smentara itu, tahapan gerak otomatis pada fundamental movement phase lebih bersifat umum dalam bentuk dan pola geraknya. Untuk lebih jauhnya, lihat gambar di bawah mi.

IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog