Senin, 16 Juni 2014

Hidup Tak Cukup dengan Rasa Suka

Saya masih ingat betul ketika salah satu dewan penguji yang sekaligus dosen pembimbing 1 saya berkata, “Kamu itu sama dengan anak saya yang kedua. Hanya melakukan sesuatu yang dia suka. Apakah hidup cukup dengan kata suka?”

“Bukankah kalau kita melakukan apa yang kita suka akan lebih maksimal hasilnya dibandingkan dengan sesuatu yang tidak kita suka, Pak?” sanggah saya.

“Saya berikan kamu pilihan, kamu memilih menjadi guru honorer selama 10 tahun dengan gaji hanya Rp 150.000/bulan atau menjadi pegawai bank yang gajinya hampir Rp 5.000.000/bulan?” tanya beliau lagi.

Dengan sangat polos, saya menjawab, “Karena saya suka mengajar, suka dengan anak-anak, saya memilih jadi guru honorer, Pak.”

“Cukup-kah kamu hidup dengan sebulan hanya Rp 150.000?”

“Ya tidak cukup, Pak. Tapi kan saya bisa sambil usaha.”

“Itu bedaa lagi. Jadi, kamu tidak bisa hidup dengan Rp 150.000/bulan kan? Hidup itu harus realistis. Banyak orang bilang kalau hidup itu pilihan. Tak betul itu, hidup itu sering tak ada pilihan. Mau tidak mau ya harus dipilih. Kamu kira saya suka dengan bahasa Indonesia? Saya suka Matematika. Tapi karena saat lulus SPG itu tidak bisa pilih Matematika dan saya itu dendam dengan bahasa Indonesia. Apalagi saat saya lulus SPG nilai saya tertinggi tapi tahu nilai bahasa Indonesia dapat merah, hanya 5, saya semakin dendam dengan bahasa Indonesia.”


“Itu artinya bapak dulu terpaksa?”

“Ya, bukan. Saya balas dendam kemudian saya tekuni dan syukuri. Bahasa itu kunci dari segala ilmu. Kita bisa menggenggam dunia ini karena bahasa. Betul tidak?”

“Iya, Pak.” Saya manggut-manggut.

“Kalau kamu selama ini pergi ke hutan kan karena terpaksa dengan keadaan, aslinya kan tidak suka.”

“Hehehe, harus saya tekuni ya, Pak.”

“Disyukuri juga.”

"Hehehee..." ending yang nyrempet tak jelas.

Sadar tidak sadar kesuksesan hidup ini bisa dinikmati dengan baik oleh seseorang yang biasanya tahu betul apa yang harus dilakukan. Bahkan dapat berkembang justru karena terhimpit. Ya, hidup ini seringkali memang tidak ada pilihan, kalau sudah seperti itu nikmati dan syukuri.
IKLAN 3

Related Posts:

  • Contoh PPT Seminar NasionalBerikut ini aku sajikan contoh PPT Seminar Nasional yang telah diuji.Halaman pertama perhatikan judul harus ditulis dengan huruf kapitalHalaman keduaH… Read More
  • Tips Sukses PresentasiManusia mana yang tidak pernah berbicara di depan umum? Iya, berbicara di depan umum? Mengobrol dengan orang lain kan termasuk juga berbicara di depan… Read More
  • Blogger dan SkripsiUntung aku ini blogger. Halah, jadi blogger baru beberapa bulan saja sudah sok. Ya, paling nggak untung diakui sebagai blogger, aku selalu berusaha ko… Read More
  • Aku Wisuda April 2014Saat itu, 27 Nopember 2013Sumber gambar di sini“IPK kamu berapa?” tanya dewan penguji kepadaku. “Ada 3,7?” lanjutnya.“Ada, Pak!” jawabku tegas.“Kerjak… Read More
  • Contoh Halaman Persetujuan DiujiProposal Skripsi oleh Ika Hardiyan Aksari (NIM 201033174) ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.Kudus, 19 Nopember 2013Pembimbing 1...........… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog