Sulitkah Mempertahankan Minat Belajar Mereka?
Oleh: Helsy Elselia, S.Pd.
Guru SMPN 2, Tanjungsari- Sumedang.
Sebagai seorang guru, saya berkeinginan agar siswa merasa senang saat belajar dan tetap mengikuti pembelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Pada kesempatan ini pelajaran yang akan saya sampaikan adalah materi klasifikasi zat.
Konsep yang tercantum dalam RPP adalah asam, basa dan garam dalam kisaran standar kompetensi: Memahami klasifikasi zat, sedangkan kompetensi dasar: Melakukan percobaan sederhana dengan bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari. Konsep asam, basa dan garam diajarkan di kelas VII semester 1. Seperti kita ketahui bahwa pelajaran Kimia baru mulai dipelajari siswa setelah masuk SMP. Sehingga siswa yang baru tamat SD tersebut masih sangat merasa asing terhadap Laboratorium beserta alat dan bahannya sampai petunjuk kegiatannya (LKS).
Sabtu, 23 Agustus 2008, pukul 09.50, dilaksanakanlah pembelajaran di kelas 7D SMPN 2 Tanjungsari. Kegiatan belajar saat itu menggunakan pendekatan kontekstual dan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri atas 4 orang dan dibagi menjadi 10 kelompok. Pengaturan meja dan bangku disusun membentuk angka II. Pada awal pembelajaran saya lupa meminta siswa untuk menghadap ke depan papan tulis, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru. Saat itu saya begitu bersemangat untuk membawa siswa mengerti akan konsep kimia ini.
Apersepsi disampaikan dalam waktu kurang dari 15 menit, dan ada beberapa siswa yang belum siap untuk belajar. Mereka masih mengawasi sekeliling ruangan yang masih sangat asing baginya. Saya mulai menjelaskan bermacam macam indicator dan ciri asam basa yang biasa dikenal, seperti ciri pada cuka dan sabun. Kemudian penjelasan berlanjut pada alat dan bahan eksperimen .
Saya memperhatikan ada beberapa siswa yang tidak mengikuti penjelasan itu. Penjelasan yang disampaikan dianggap angin lalu dan mereka asyik melihat keliling ruangan Lab. Reki adalah satu dari siswa tadi yang mengantuk dan meletakkan kepalanya di meja.
“Anak-anak, tahukah kalian mengapa untuk mengurangi sakit pada lambung orang sering menggunakan obat seperti antasid? “Ucapan saya mulai sedikit menarik perhatian siswa saat melakukan tahap kontak dalam kontekstual. Lalu kegiatan belajar mulai melangkah ke tahap kuriositi.” Coba kalian perhatikan tabung reaksi yang berisi ekstrak kulit buah manggis ini, apa warnanya? Sekarang Ibu akan mencampurkannya dengan larutan antasid, sedikit kita aduk dan perhatikanlah…… dan ternyata campuran itu jadi berubah warna. Mengapa begitu, apa ada yang tahu alasannya?” Semua siswa terdiam dan terkagum-kagum. Demikianlah demontrasi tersebut dilakukan sehingga terciptalah rasa ingin tahu siswa.
Tiba saatnya siswa ditugaskan untuk bereksplorasi dengan media pembelajaran dengan di pandu oleh LKS pada tahap elaborasi. Setiap siswa mendapatkan 2 lembar LKS. Ada siswa yang sudah aktif membaca dan langsung ingin mencoba melakukan kegiatan seperti perintah dalam LKS, tapi ada juga yang diam menonton.
Seperti pada awal pembelajaran Reki berada pada keadaan yang belum mau belajar dan malas mengikuti kegiatan kelompok. Rafima, teman sekelompoknya mulai menegur. ”Ayo Rek baca LKS-nya, bantu saya dong, jangan diam saja,” Gerutu Rafima. Dengan terpaksa Reki mulai melirik demi LKS. Setelah ditemukan hal yang menarik dari kegiatan yang dilakukan teman temannya, mulailah minat Reki muncul. Perlahan Ia mulai melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang gejala yang timbul setelah meneteskan cuka pada lakmus merah dan lakmus biru. “Kok aneh ya mengapa lakmus biru berubah jadi merah sedangkan yang merahnya tidak berubah. Tapi bila ditetesi air kapur, malah yang berubah lakmus merah jadi biru, sedangkan lakmus biru tetap,” kata Reki aneh. Terbukalah suatu diskusi kelompok untuk membahas gejala yang timbul dan mereka mencatatnya pada tabel pengamatan. Tetapi penyebab terjadinya perubahan itu masih belum dapat mereka temukan dan ada keinginan untuk bertanya kepada guru, tapi keinginan itu hilang.
Sambil berkeliling membimbing kegiatan yang dilakukan siswa kelompok demi kelompok, saya memperhatikan aktivitas siswa. Saya merasa pembelajaran saat itu berhasil karena saya dapat membaca siswa senang dan betah belajar dari kegiatan eksperimen indikator asam basa ini.
Setelah kegiatan kelompok berakhir saya mulai masuk pada tahap nexus yaitu tahap perumusan rangkuman. Dengan sangat tergesa-gesa, saya langsung memberikan penjelasan, tapi sayangnya penjelasan itu tidak menimbulkan adanya interaksi siswa dengan guru. Informasi banyak bersumber dari guru sehingga guru-lah yang memonopoli pembicaraan. Banyak teori asam basa saya sampaikan secara langsung dan tidak ada kegiatan menggali pengetahuan siswa dari apa yang telah mereka lakukan. Dari raut wajah, banyak siswa yang merasa sulit menghubungkan sejumlah informasi yang diucapkan guru dan kegiatan ini membuat turunnya konsentrasi belajar siswa .
“Dari ketiga macam indicator alami yang kita gunakan hari ini, manakah indikotor yang paling baik dan apa alasannya.” Saya mulai meminta perhatian siswa kembali. Banyak siswa terdiam. Kemudian saya mencoba menunjuk salah satu dari mereka untuk menjawab. Tapi apa jawab mereka? “Belum Bu, Kami tidak bisa menjawabnya!”
Akhirnya pertanyaan itu saya jawab dan pertegas sendiri setelah tidak saya temukan jawaban tepat dari mereka. Penjelasan itu saya akhiri dengan kesimpulan ciri ciri larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Jumlah siswa yang tidak memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik jadi bertambah banyak. Meskipun beberapa pertanyaan dalam LKS dapat dijawab dengan baik, tapi ada beberapa konsep yang belum dipahami, sehingga siswa belum mampu menarik kesimpulan dari percobaan yang mereka lakukan, kemampuan itu hanya terbatas pada beberapa siswa saja. Hal ini terbukti dari hasil test yang diberikan guru.
Saya merasa kecewa. Awalnya saya mengira pembelajaran saat itu berhasil, ternyata tidak. Saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa yang justru malah di akhir jam pelajaran.
Meskipun sudah saya kuras energi ini untuk membuat siswa mengerti dengan berkeliling membimbing siswa, memberi penjelasan, tapi sia-sia belaka karena justru motivasi yang muncul sangat tinggi pada kegiatan elaborasi menjadi sangat cepat menyusut di akhir pembelajaran. Kejadian ini sangat tidak saya harapkan karena mengapa saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa. Apa yang harus saya ubah dari pembelajaran ini.