Oleh: Ika Hardiyan Aksari
sumber gambar di sini |
Aku dan Keluargaku
Dilahirkan menjadi anak tunggal, tidak langsung membuatku manja dan menuntut segala sesuatu harus serba ada di depan mata. Keluargaku, terutama ibu selalu mengajarkanku apa arti usaha untuk mendapatkan segala sesuatu yang aku inginkan. Dan salah satu cara ibu untuk membelajarkanku arti usaha itu melalui pemberian uang saku yang ‘cukup’.
Melihat teman-teman mendapat uang saku yang lebih dari orangtuanya, seringkali membuatku iri. Kenapa aku tidak bisa seperti itu? Bisa Jajan, shopping, membeli buku kesukaanku dan lain sebagainya. Sering aku melakukan protes kepada ibu. Tapi sama saja, tak menambah juga besar uang sakuku.
Ini foto aku pas lagi galau. |
Di usiaku yang menginjak 21 tahun dan saat ini aku masih kuliah semester 6, kesadaran akan kata ‘cukup’ dari besaran uang sakuku mulai muncul. Bagaimana tidak? Dengan uang saku per hari sebesar Rp 20.000, aku harus menggunakannya dengan cerdas.
Pilihan menjadi Penglajo, Pulang-Pergi Kampus
Dulunya, selama 1 tahun aku berstatus anak kos, namun karena begitu banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan ibu, aku memilih untuk menjadi penglajo. Kata ibu ini adalah pengorbanan. Memang, jarak rumah sampai kampus membutuhkan waktu 1 jam. Tapi inilah pilihanku untuk meringankan keuangan kedua orangtuaku.
Menjadi penglajo adalah sebuah pilihan. Banyak teman-teman yang sering bertanya, “Apa tidak capek?”. He, selalu ku jawab dengan tawa. Dalam batinku, “Pertanyaan bodoh!” Namun, lagi-lagi ini adalah pilihan. Dan pilihan ini menuntutku untuk cerdas dalam membagi waktu sekaligus keuangan. Lha iya, secara sehari aku hanya mendapat uang saku dari ibu sebesar Rp 20.000. Bisa dibayangkan?
Dengan seabrek kebutuhanku, aku tidak mau terjerat masalah keuangan kemudian kuliahku terganggu. Apalagi menyusahkan keduaorangtuaku. Untung saja ada LiveOlive yang hadir dengan berbagai artikel keuangan untuk aku yang berumur 20 tahun.
Dan inilah hasilnya. Aku selalu membuat list input dan output keuanganku. Mau tahu? Cekidot!
Hal | Sehari | Seminggu | Sebulan | Jumlah |
Input | Rp 20.000 | 5 x Rp 20.000 (aktif kuliah 5 hari) | 20 x Rp 20.000 (5 x 4 minggu) | Rp 400.000 |
Rp 150.000 (Jadi guru bimbel) | Rp 150.000 | |||
Jumlah | Rp 550.000 | |||
Output | Sehari | Seminggu | Sebulan | Jumlah |
Bensin | Rp 10.000 (pulang pergi) | 5 x Rp 10.000 | 20 x Rp 10.000 | Rp 200.000 |
Beli Buku | Rp 100.000 | |||
Iuran wajib (Kas Kelas) | Rp 2.500 | 20 x Rp 2.500 | Rp 50.000 | |
Makan+jajan | Rp 10.000 | 5 x Rp 10.000 | 20 x Rp 10.000 | Rp 200.000 |
Tugas+foto kopi | Rp 50.000 | Rp 50.000 | ||
Jumlah | Rp 600.000 |
Nah, dari tabel di atas, ketahuan bukan kalau input dan outputku nggak seimbang. Trus, apakah aku harus meminta uang lagi kepada ibuku? Rasanya tidak mungkin. Biaya kuliahku saja sudah mahal. Keinginan untuk tidak membebani orangtua pasti akan muncul di hati setiap anak.
Bekal Makan jadi Solusi
Setiap ada masalah, aku pun cerita dengan ibu. Dan salah satu masalah yang wajib aku ceritakan pada ibu adalah masalah keuanganku itu. Bukan untuk meminta tambahan, tapi meminta urun rembuk ibu untuk memberikan solusi.
Dan alhasil, bekal makanan adalah solusi jitunya. Memang, dengan membawa bekal makanan justru akan merepotkan ibu. Ibu harus bangun lebih pagi dari biasanya. Rasa iba ku mulai muncul.
“Bu, apa sebaiknya adik nggak usah bawa bekal saja? Adik kasihan sama ibu, setiap pagi harus bangun pagi bu.” kataku pada ibu di suatu hari.
“Tidak masalah dik, yang penting adik tetap bisa makan siang. Biar nggak lemas. Kalau lemas malah nggak bisa konsen sama kuliahnya.” Jelas ibu padaku.
Subhanaallah, hatiku kelu. Inilah bentuk cinta seorang ibu pada anaknya. Aku memeluk ibuku dengan erat.
Nah, dengan membawa bekal makanan ke kampus tentunya pengeluaranku jadi tidak melampaui pendepatan. Dan bisa ditabung untuk keperluan lainnya nanti. Yang pasti, salah satunya adalah membelanjakan ibu, walaupun hanya sabun satu sachet.
Ini ceritaku, apa ceritamu?
Ini ceritaku, apa ceritamu?
Apa kamu juga ingin mendapatkan solusi cerdas dalam mengatur keuangan sepertiku? Ya dari LiveOlive, yuk "Like" Facebook Fan Page-nya atau follow twitter, Google+ Page, ada lagi, “Subscribe” ke channel YouTube.
0 komentar:
Posting Komentar