Maria Ulfah
Maria Ulfah
Juri Lomba Seni Baca al-Qur’an jenjang SMP
Secara garis besar Lomba Seni Baca al-Qur’an mengacu pada aturan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional. Lomba ini dibagi menjadi dua jenis: Seni Baca al-Qur’an dan Tartil al-Qur’an.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peserta. Pertama, tajwid, yaitu ketepatan pengucapan huruf al-Qur’an dan pengaturan panjang pendeknya bacaan. Kedua, fashahah, yaitu ketepatan waktu berhenti, mengulang, dan memerhatikan makna ayat. Ketiga, suara dan lagu. Peserta harus mampu menempatkan nada terendah dan tertinggi yang meliputi empat tingkat tangga nada, kejernihan suara, kebeningan, dan kekuatan.
Ada banyak nilai yang bisa diambil dari lomba ini. Di antaranya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam. Dengan menguasai seni baca al-Qur’an dan membacakannya dengan suara indah, akan banyak orang yang tergugah untuk turut membacanya. Tapi yang terpenting adalah bagaimana selanjutnya mengamalkan isi dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
Saya berharap, usai lomba, peserta menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari. Saya bersyukur pula jika terjemahannya dipahami.* (M. Adji Susilo)
Juri Lomba Seni Baca al-Qur’an jenjang SMP
Secara garis besar Lomba Seni Baca al-Qur’an mengacu pada aturan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional. Lomba ini dibagi menjadi dua jenis: Seni Baca al-Qur’an dan Tartil al-Qur’an.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peserta. Pertama, tajwid, yaitu ketepatan pengucapan huruf al-Qur’an dan pengaturan panjang pendeknya bacaan. Kedua, fashahah, yaitu ketepatan waktu berhenti, mengulang, dan memerhatikan makna ayat. Ketiga, suara dan lagu. Peserta harus mampu menempatkan nada terendah dan tertinggi yang meliputi empat tingkat tangga nada, kejernihan suara, kebeningan, dan kekuatan.
Ada banyak nilai yang bisa diambil dari lomba ini. Di antaranya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam. Dengan menguasai seni baca al-Qur’an dan membacakannya dengan suara indah, akan banyak orang yang tergugah untuk turut membacanya. Tapi yang terpenting adalah bagaimana selanjutnya mengamalkan isi dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
Saya berharap, usai lomba, peserta menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari. Saya bersyukur pula jika terjemahannya dipahami.* (M. Adji Susilo)
0 komentar:
Posting Komentar