Jumat, 29 Maret 2013

Tukang Umpet



Lengkap dengan dot, Rena menyusup masuk ke kamarku. Dia naik ke ranjang dan berusaha ikut nimbrung dalam obrolanku bersama ibu. Tapi sayangnya, aku dan ibu keburu sadar kalau dia masih memakai pampers. Seketika itu ibu langsung berteriak, “Hi, Rena jorok! Pampersnya masih dipakai.”
Menyadari ibu yang kesal dengan kejorokannya, Rena minta dimandikan oleh ibu. Selesai membuka baju, Rena langsung berlari ke kamar mandi yang kemudian diikuti oleh ibu. Aku yang saat itu sedang menyapu halaman tiba-tiba mendengar bapak berteriak, “Ka, obat bapak mana?”

“Nggak tahu, Pak. Tadi yang di situ Rena kok.” jawabku.
Dari belakang ibu bertanya, “Ada apa? Kok ribut-ribut?”
“Buk, coba tanya Rena, obatku ditaruh di mana? Buru-buru berangkat ini! Sudah ditunggu orang.” jawab bapak.
Ibu pun kembali ke kamar mandi dan siap mengintrogasi si Rena. “Na, obatnya Mbah Upang (panggilan untuk bapak) ditaruh di mana?”
Mendengar pertanyaan ibu, Rena hanya nyengir.
“Hehehe....wi lho....wi lho.....tak umpetke ning... ning.... ning ndi wi lho .... ning mejo wi tho......” (tak sembunyikan di meja.....)
Ibu pun kembali ke depan membantu bapak mencari obatnya. Tapi tidak ketemu juga. Dengan rasa jengkel, akhirnya ibu kembali ke belakang lagi dan bertanya pada Rena.
“Nggak ada nok dik.....????”
Mosoookkkk???” jawab Rena dengan logat khasnya.
Dengan tampang tidak bersalah akhirnya dia pun keluar dari bak mandi dan berlari keluar tanpa memakai handuk. Dia memasang wajah tak bersalahnya. Aku yang melihat hanya menahan ketawa.
Sesampainya di meja yang dimaksud, Rena tiba-tiba langsung ndlosor seperti tentara yang sedang tiarap. Aku, ibu dan bapak hanya memperhatikan yang dilakukan keponakanku ini. Agak lama tangannya meraba-raba.
Iki, obate Mbah Upang.”
“Kalau itu bukan di meja tapi di bawah meja.” kata bapak yang jadi korban keusilan Rena langsung angkat bicara.
Yo ning mejo wii....” Rena masih melakukan pembelaan.
Aku dan ibu hanya tertawa. Dasar anak kecil.
IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog