Minggu, 10 Juni 2012

KTSP sistem smart



Evaluasi Proses Pembelajaran Menulis

Abstrak: Sebagai suatu proses, menulis terdiri dari rangkaian aktivitas pramenulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi. Perkembangan menulis mangikuti prinsip keterulangan, generatif, konsep tanda, fleksibilitas, dan arah tanda. Kondisi kelas yang alami merupakan prasyarat bagi terlaksananya pembelajaran menulis secara terpadu. Siswa harus dikondisikan agar dapat berinteraksi dengan teman, guru, dan buku. Evaluasi proses pembelajaran menulis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat  keefektifan kegiatan belajar-mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran menulis. Teknik yang digunakan dapat berupa pemantauan informal tulisan, melalui pengamatan, konferensi, dan mengumpulkan tulisan. Penilaian proses menulis dapat dilakukan dengan menggunakan ceklis proses menulis, konferensi guru-siswa, dan penilaian yang dilakukan oleh siswa. Oleh: Ahmad Rofi'uddin, Universitas Negeri Malang

Memahami Perkembangan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Anak untuk Kepentingan Pendidikan

Abstrak: Paradigma pendidikan yang mengacu pada kerangka berpikir cognitive wholistic menyebabkan proses dan pelaksanaan pendidikan lebih mengutamakan perkembangan intelektual dan pemikiran rasional. Sebagai akibatnya, hampir semua upaya dan model pendidikan dikembangkan tercurah untuk tujuan pengembangan kecerdasan intelektual tersebut. Secara makro hal tersebut dimaksudkan untuk membentuk manusia Indonesia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi. Namun kenyataan yang berkembang di lapangan menunjukkan bahwa kesenjangan antara berkembangnya kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional, berakibat munculnya berbagai perilaku negatif pada siswa diantaranya adalah makin meningkatnya perilaku agresi, dan perilaku yang melanggar aturan, serta berbagai bentuk kenakalan lain, sebagai perwujudan kurangnya pengendalian diri yang dimiliki oleh anak. Untuk itu diperlukan pemahaman para pendidik terhadap konsep kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dan upaya pengembangannya. Oleh: Endang Poerwanti, Universitas Muhammadiyah Malang

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar

Abstrak: Era globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat pesat, membutuhkan individu-individu yang kreatif produktif. Untuk itu kreativitas perlu ditumbuhkembangkan sejak dini, khususnya pada usia prasekolah dan sekolah dasar, karena pada usia-usia tersebut berlangsung "periode kritis" di samping "periode puncak" perkembangan kreativitas. Dalam pengembangan kreativitas sejak dini, peran pendidik sangatlah penting. Berbagai upaya untuk meningkatkan kreativitas dapat dilakukan oleh pendidik baik di rumah maupun di sekolah. Berbagai upaya tersebut mengacu pada hakekat kreativitas, peranan pendidik dalam pengembangan kreativitas, dan upaya-upaya peningkatan kreativitas anak usia prasekolah dan sekolah dasar. Oleh: Umi Supraptiningsih, Universitas Negeri Malang

Pengembangan Bahan Pembelajaran Senirupa Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar 1994 yang Disempurnakan 

Abstrak: Penyesuaian Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1994 didasarkan atas pertimbangan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh guru, ahli materi dan ahli pendidikan serta hasil saran dari para praktisi kependidikan di SD. Untuk mata pelajaran Kerajian Tangan dan Kesenian (KTK) penyesuaian atau penyempurnaan dilakukan dengan menghilangkan beberapa pokok bahasan, penyesuaian tujuan dan materi, menambahkan kalimat untuk memperjelas dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum SD diharapkan dalam implementasinya di masing-masing sekolah dapat dilakukan pengembangan bahan pembelajaran secara efektif, aktif dan kreatif sesuai tujuan yang diharapkan. Pengembangan bahan pembelajaran KTK tersebut tentunya dengan mempertimbangkan aspek edukatif, psikologis, tingkat kesukaran bahan pembelajaran yang dikembangkan dan sumber belajar yang digunakan. Oleh: Sumanto, Universitas Negeri Malang

Pengembangan Kreativitas Melalui Pendidikan Seni 

Abstrak: Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Oleh: I Made Seken, Universitas Negeri Malang

Pemanfaatan Benda-benda di Sekeliling Sswa untuk Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 

Abstrak: Pembelajaran matematika di sekolah dasar dapat dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika hendaknya guru mengkaitkan teori pembelajaran dengan perkembangan anak. Mengingat siswa SD masih berada pada taraf operasi konkret, guru hendaknya dapat memanipulasi benda-benda konkret dalam pembelajaran matematika. Benda benda konkret dapat diperoleh dengan memanfaatkan benda di sekeliling siswa, benda bekas maupun benda-benda yang dibuat dari barang bekas. Pemanfaatan benda-benda konkret yang berada di sekeliling siswa dapat membantu dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Oleh: Endang Setyo Winarni, Universitas Negeri Malang

Strategi Pembelajaran Apresiasi Puisi di Sekolah Dasar 

Abstrak: Kegiatan belajar-mengajar apresiasi sastra Indonesia mengarah pada peningkatan kemampuan penalaran, kehaluran perasaan, imajinasi, serta kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan sosio-budaya bangsa Indonesia. Teknik pembelajaran apresiasi puisi yang dapat dilakukan adalah mendengarkan, membaca dalam hati, membaca nyaring dengan melibatkan emosi, dan menganalisis unsurunsur puisi. Teknik pelibatan emosi dan analisis unsur-unsur puisi dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan kehalusan perasaan. Oleh: Rumidjan, Universitas Negeri Malang

Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Bahan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 

Abstrak: Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan belajar, sangat membantu guru dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar (SD). Sumber bahan pembelajaran berupa lingkungan meliputi lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan agama, lingkungan budaya, dan lingkungan manusia atau narasumber. Tujuan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga siswa dapat berpikir kritis, terampil memecahkan masalah sosial di lingkungannya, melatih kemandirian siswa, melatih keberanian mengemukakan pendapat, serta dapat menambah wawasan siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan pembelajaran IPS dapat diterapkan pada kelas III, IV, V, dan VI SD. Oleh: Murtiningsih, Universitas Negeri Malang

Pola Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar 

Abstrak: Pengajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pelaksanaan pengajarannya ditekankan pada aktivitas fisik. Aspek pencapaian yang paling dominan adalah ranah psikomotor. Pola pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar perlu memperhatikan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, karena hal tersebut berkaitan dengan karakteristik gerak anak. Gerak anak pada periode usia sekolah dasar masih bersifat gerak dasar umum dari manusia. Dengan demikian pelaksanaan pengajarannya perlu mempertimbangkan kedua karakteristik tersebut. Oleh: I Nengah Sudjana, Universitas Negeri Malang

Penerapan Metode Discovery-Inquiry dalam Pengajaran IPA di Sekolah Dasar 

Abstrak: Metode discovery-inquiry adalah salah satu metode pengajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari. Metode ini merupakan alternatif metode yang dapat dipilih dalam pengajaran IPA di SD mengingat dalam pengajaran IPA diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk dapat menemukan suatu konsep melalui pengujian atau penemuan secara langsung. Metode ini dapat diterapkan mulai kelas III sekolah dasar, khususnya pengajaran IPA dengan Pokok Bahasan Makhluk Hidup. Penerapan metode discovery-inquiry pada pokok bahasan tersebut antara lain bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari permasalahan yang sedang dipelajari. Oleh: Sukamti, Universitas Negeri Malang

Kajian Teoritik Perilaku Mengajar Guru, Sikap Guru di Kelas, dan Kapabilitas Pemecahan Masalah Aritmatika Sekolah Dasar 

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kausal antara perilaku mengajar guru dan sikap guru terhadap pembelajaran pemecahan masalah aritmatika sekolah dasar dan juga kaitannya dengan masa kerja guru dan tingkat pendidikannya. Hasilnya menunjukkan: (1) adanya pengaruh tingkat pendidikan guru terhadap sikap guru terhadap strategi pembelajaran pemecahan masalah aritmatika, (2) adanya pengaruh sikap guru terhadap strategi pembelajaran pemecahan masalah artimatika terhadap perilaku guru dalam pembelajaran pemecahan masalah aritmatika, dan (3) adanya pengaruh perilaku guru dalam pembelajaran pemecahan masalah aritmatika terhadap hasil belajar pemecahan masalah artimatika. Oleh: Sihkabuden, Universitas Negeri Malang
IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog