Setiap manusia pastilah membutuhkan teman dalam kehidupannya. Karna manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa bergantung pada dirinya sendiri. Terlebih lagi ketika dia berada di negeri asing, jauh dari sanak saudara dan kampung halaman. Maka keberadaan seorang teman sangat bermakna dalam kehidupannya.
Pernahkah anda membayangkan kehidupan tanpa seorang teman??
Namun meskipun demikian saudaraku yang dirahmati Allah. Hendaklah kita berhati-hati memilih teman pergaulan, baik bagi diri kita, maupun bagi anak-anak kita. Karena teman pergaulan sesungguhnya banyak mempengaruhi perilaku seseorang. Bahkan dapat kita katakan baik buruknya perilaku seseorang, banyak ditentukan oleh teman-teman pergaulannya.
Hal ini bukan teori baru, sejak dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menasihatkan kita, untuk berhati-hati memilih teman pergaulan. Beliau mengumpamakan teman yang baik seperti penjual minyak wangi, yang kalau kita bermain dengannya, paling tidak kita mendapatkan wangi baunya, walaupun tidak membelinya. Sedang teman yang buruk, ibarat pandai besi, yang jika kita berteman kepadanya, kalau tidak terbakar, setidaknya kita bisa terkena percikan api(Muttafaqun ‘alihi)
Bahkan, semakin dewasa seseorang, semakin besar pengaruh teman membekas dalam dirinya, lebih dari pengaruh orang tua, guru atau sanak saudaranya. Sehingga banyak kita dapatkan dalam kenyataan seseorang menjadi baik atau buruk karena pada awalnya terpengaruh oleh temannya.
Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh seorang ustad pada suatu khotbah jumat; “ Suatu hari saya pergi ke rumah teman di jakarta, dan saya merasa kaget sekali, melihat kondisi rumah teman tersebut, sangat kecil dan sederhana, tidak ada ruang tamu, sehingga kami terpaksa duduk di luar untuk berbincang. Padahal saya tahu, dia bukanlah orang yang miskin, dia termasuk orang yang sukses, hal ini tentu saja menggelitik hati saya untuk bertanya kepadanya ‘ kok kamu tinggal di sini?’ teman tersebut menjawab ‘ saya tinggal di sini sesungguhnya bukan menyewa rumah ini, tapi saya "menyewa" lingkungannya’ jawaban tersebut sangat mengagetkan saya, sekaligus memahamkan saya betapa pedulinya dia dengan lingkungan bagi pergaulan anak-anaknya. Dan memang daerah tersebut saya perhatikan, lingkungannya sangat baik dan beradab.”
Maka tepatlah kata seorang penyair :
Tentang seseorang, jangan kamu tanya siapa dia
Tanyalah siapa temannya. Karena seseorang akan mengikuti tingkah polah temannya.
Saudaraku yang dirahmati Allah. Sekali lagi, berhati-hatilah memilih teman, dan berhati-hati jugalah dalam memilihkan teman bagi anak-anak kita. Jangan sampai kita menyesal ketika segala sesuatunya telah terjadi. Sebab di akherat nanti, banyak orang-orang yang menyesal karna salah memilih teman, sehingga saat itu mereka berangan-angan seandainya di dunia dahulu dia tidak memilihnya sebagai teman dekatnya:
“Kecelakaan besarlah bagiku, seandainya saja(dahulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman karibku”[Qs. Al-Furqon:28].
Maka prinsip kita bukan lagi sekedar “Satu musuh sudah banyak, seribu teman masih sedikit” tapi lebih dari itu “Satu teman buruk sudah banyak, seribu teman baik masih sedikit”.
Karena itu carilah teman yang mendorong kita untuk kebaikan, mengajak kita kepada ketaatan dan akhlak mulia. Dan teman seperti ini, tentu tidak mudah kita dapatkan di jalan-jalan, di pasar-pasar apalagi di tempat maksiat. Maka datangilah taman-taman sorga yakni majelis ilmu, selain untuk menuntut ilmu, maka di sana ada teman-teman yang InsyaAllah bisa membawa kita kepada kebaikan.
***
Nasehat dari Hati ke Hati,hal.32,Abdullah Haidir
Pernahkah anda membayangkan kehidupan tanpa seorang teman??
Namun meskipun demikian saudaraku yang dirahmati Allah. Hendaklah kita berhati-hati memilih teman pergaulan, baik bagi diri kita, maupun bagi anak-anak kita. Karena teman pergaulan sesungguhnya banyak mempengaruhi perilaku seseorang. Bahkan dapat kita katakan baik buruknya perilaku seseorang, banyak ditentukan oleh teman-teman pergaulannya.
Hal ini bukan teori baru, sejak dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menasihatkan kita, untuk berhati-hati memilih teman pergaulan. Beliau mengumpamakan teman yang baik seperti penjual minyak wangi, yang kalau kita bermain dengannya, paling tidak kita mendapatkan wangi baunya, walaupun tidak membelinya. Sedang teman yang buruk, ibarat pandai besi, yang jika kita berteman kepadanya, kalau tidak terbakar, setidaknya kita bisa terkena percikan api(Muttafaqun ‘alihi)
Bahkan, semakin dewasa seseorang, semakin besar pengaruh teman membekas dalam dirinya, lebih dari pengaruh orang tua, guru atau sanak saudaranya. Sehingga banyak kita dapatkan dalam kenyataan seseorang menjadi baik atau buruk karena pada awalnya terpengaruh oleh temannya.
Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh seorang ustad pada suatu khotbah jumat; “ Suatu hari saya pergi ke rumah teman di jakarta, dan saya merasa kaget sekali, melihat kondisi rumah teman tersebut, sangat kecil dan sederhana, tidak ada ruang tamu, sehingga kami terpaksa duduk di luar untuk berbincang. Padahal saya tahu, dia bukanlah orang yang miskin, dia termasuk orang yang sukses, hal ini tentu saja menggelitik hati saya untuk bertanya kepadanya ‘ kok kamu tinggal di sini?’ teman tersebut menjawab ‘ saya tinggal di sini sesungguhnya bukan menyewa rumah ini, tapi saya "menyewa" lingkungannya’ jawaban tersebut sangat mengagetkan saya, sekaligus memahamkan saya betapa pedulinya dia dengan lingkungan bagi pergaulan anak-anaknya. Dan memang daerah tersebut saya perhatikan, lingkungannya sangat baik dan beradab.”
Maka tepatlah kata seorang penyair :
Tentang seseorang, jangan kamu tanya siapa dia
Tanyalah siapa temannya. Karena seseorang akan mengikuti tingkah polah temannya.
Saudaraku yang dirahmati Allah. Sekali lagi, berhati-hatilah memilih teman, dan berhati-hati jugalah dalam memilihkan teman bagi anak-anak kita. Jangan sampai kita menyesal ketika segala sesuatunya telah terjadi. Sebab di akherat nanti, banyak orang-orang yang menyesal karna salah memilih teman, sehingga saat itu mereka berangan-angan seandainya di dunia dahulu dia tidak memilihnya sebagai teman dekatnya:
“Kecelakaan besarlah bagiku, seandainya saja(dahulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman karibku”[Qs. Al-Furqon:28].
Maka prinsip kita bukan lagi sekedar “Satu musuh sudah banyak, seribu teman masih sedikit” tapi lebih dari itu “Satu teman buruk sudah banyak, seribu teman baik masih sedikit”.
Karena itu carilah teman yang mendorong kita untuk kebaikan, mengajak kita kepada ketaatan dan akhlak mulia. Dan teman seperti ini, tentu tidak mudah kita dapatkan di jalan-jalan, di pasar-pasar apalagi di tempat maksiat. Maka datangilah taman-taman sorga yakni majelis ilmu, selain untuk menuntut ilmu, maka di sana ada teman-teman yang InsyaAllah bisa membawa kita kepada kebaikan.
***
Nasehat dari Hati ke Hati,hal.32,Abdullah Haidir
0 komentar:
Posting Komentar