Kamis, 04 September 2014

Perlukah PR untuk Siswa?

Sudah lama saya ingin mencicipi bakso yang ada di dekat sekolah tempat saya mengajar. Alhamdulillah, kesampaian juga. Sebenarnya ada modus lain sih, apalagi kalau bukan mengobrol dengan salah satu orang tua siswa di kelas saya. Penjualnya itu adalah orang tua salah satu siswa saya. Mau tahu lah bagaimana tanggapan orang ta atas kehadiran saya di skeolah tersebut. Guru baru bahkan masih hangat-hangat tai kucing. Hahahahaha.

Biasa ya kalau guru di desa itu harus SKSD (sok kenal sok dekat) plus ramah tamah dengan warga sekitar. Kalau tidak? Wah, gawat ini. Berikut bentuk SKSD saya pada salah satu orang tua siswa saya.

“Bu, mas X kalau di sekolah cukup cerdas, tapi mohon selalu diperhatikan lagi jam belajarnya. Eman-eman kalau sudah cerdas seperti itu tidak dikembangkan lagi.” kata saya.

“Oh, ya Bu. Matur suwun. X itu jarang belajar kalau tidak ada PR. Jadi, tiap hari mbok ya diberi PR, Bu. Biar setiap hari belajar.” Katanya sambil membungkus bakso pesenan saya.

***

Percakapan singkat tersebut membuat saya (guru baru) berpikir, benarkah dengan pemberian PR setiap hari membuat siswa rajin belajar? Memang, saya ketahui guru di kelas sebelumnya, setiap hari memberikan PR kepada siswa. Tapi, selama ini saya memiliki cara mengajar tersendiri, saya selalu berusaha memaksimalkan belajar siswa di kelas dengan cara diskusi, games dan berpendapat sampai dengan penilaian yang hampir setiap hari saya pantau. Pun saya berpikir, anak memiliki hak untuk bermain, kalau seandainya pulang sekolah, istirahat sebentar kemudian sekolah madrasah, kemudian malamnya mengaji, kapan waktu mereka istirahat dan bermain? Rasanya kok kasihan sekali masa kecil mereka.


Selain itu, saya juga berpikir, dengan pemberian PR, PR itu sendiri belum tentu juga hasil murni dari siswa. Bisa jadi karena campur tangan atau bahkan hasil kinerja dari orang lain. Saya kurang srek dengan hal tersebut. Maka dari itu, saya tidak pernah memasukkan nilai PR pada buku daftar nilai siswa. PR pun biasanya saya seminggu sekali itupun kalau materinya memang benar-benar butuh pendalaman dan waktunya di sekolah kurang untuk membahasnya. Kalau memang ternyata di sekolah sudah cukup, ya buat apa PR. Itu bagi saya.

Nah, kalau Anda sendiri, sebagai orang tua, kakak, saudara dari mereka yang masih sekolah, dalam hal ini siswa masih duduk di kelas rendah (kelas 3-kelas saya), perlukah PR untuk siswa? Mohon masukkannya. Terima kasih^^
IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog