AKARTA, KOMPAS.com — Terpuruknya hasil perolehan suara pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono dalam Pilkada DKI Jakarta dinilai menjadi peringatan bagi rencana majunya Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical sebagai calon presiden di Pemilu 2014. Pasalnya, DKI Jakarta yang dinilai menjadi barometer pemilu nasional akan berdampak pada pencapresan Ical nantinya.
"Ini warning bagi kepemimpinan partai dalam pencapresan. Secara image, Golkar tidak bisa meraih suara banyak di DKI yang jadi barometer. Image menurun ini akan berdampak pada capres Ical," kata Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung ketika dihubungi pada Kamis (12/7/2012).
Seperti diketahui, hasil hitung cepat beberapa lembaga menunjukkan Alex-Nono hanya berada di urutan kelima dari enam pasangan. Hasil prediksi hitung cepat Kompas menunjukkan, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mendapat 42,6 persen suara. Posisi kedua ditempati Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang meraih suara 34,4 persen, diikuti Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini 11,4 persen, Faisal Basri-Biem Benjamin 5,07 persen, Alex-Nono 4,74 persen, dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria 1,88 persen.
Akbar menilai perolehan suara Alex-Nono menyedihkan lantaran masih di bawah pasangan independen, yakni Faisal-Biem, dan di bawah perolehan suara Golkar di pemilu legislatif tahun 2009. Padahal, selain Golkar, Alex-Nono juga didukung Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Damai Sejahtera.
Jika melihat hasil pilkada itu, Akbar menilai mesin partai tak berkerja secara efektif. "Ini tanggung jawab berjenjang dari DPD tingkat I yang dikoordinasi DPP, termasuk tim pemenangan pemilu. Kepemimpinan, juga partai, harus bertanggung jawab," kata mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.
Meski demikian, menurut Akbar, masih ada waktu untuk mengatur ulang strategi di internal partai. Partai harus meningkatkan dukungan di pemilu legislatif 2014 agar tetap bisa mengusung Ical sebagai capres.
"Ini pelajaran bagi Golkar dalam menghadapi agenda politik di waktu mendatang. Memang penetapan Alex jadi calon dari Golkar tidak sejalan dengan sistem yang sudah terbangun, yakni survei. Kami tidak tahu apakah survei Alex bagus. Tiba-tiba sudah ada nama Alex. Mungkin ada pertimbangan khusus untuk memilih Alex. Tapi pertimbangan khusus, kalau tidak mendapat suara, akhirnya malah membuat sedih," pungkas Akbar.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Nurul Arifin mengatakan, pihaknya tentu mengevaluasi hasil Pilkada DKI Jakarta itu. Namun, menurut dia, jangan membandingkan kekalahan Golkar di DKI dengan pemilu di tingkat nasional nantinya.
"Ini warning bagi kepemimpinan partai dalam pencapresan. Secara image, Golkar tidak bisa meraih suara banyak di DKI yang jadi barometer. Image menurun ini akan berdampak pada capres Ical," kata Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung ketika dihubungi pada Kamis (12/7/2012).
Seperti diketahui, hasil hitung cepat beberapa lembaga menunjukkan Alex-Nono hanya berada di urutan kelima dari enam pasangan. Hasil prediksi hitung cepat Kompas menunjukkan, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mendapat 42,6 persen suara. Posisi kedua ditempati Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang meraih suara 34,4 persen, diikuti Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini 11,4 persen, Faisal Basri-Biem Benjamin 5,07 persen, Alex-Nono 4,74 persen, dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria 1,88 persen.
Akbar menilai perolehan suara Alex-Nono menyedihkan lantaran masih di bawah pasangan independen, yakni Faisal-Biem, dan di bawah perolehan suara Golkar di pemilu legislatif tahun 2009. Padahal, selain Golkar, Alex-Nono juga didukung Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Damai Sejahtera.
Jika melihat hasil pilkada itu, Akbar menilai mesin partai tak berkerja secara efektif. "Ini tanggung jawab berjenjang dari DPD tingkat I yang dikoordinasi DPP, termasuk tim pemenangan pemilu. Kepemimpinan, juga partai, harus bertanggung jawab," kata mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.
Meski demikian, menurut Akbar, masih ada waktu untuk mengatur ulang strategi di internal partai. Partai harus meningkatkan dukungan di pemilu legislatif 2014 agar tetap bisa mengusung Ical sebagai capres.
"Ini pelajaran bagi Golkar dalam menghadapi agenda politik di waktu mendatang. Memang penetapan Alex jadi calon dari Golkar tidak sejalan dengan sistem yang sudah terbangun, yakni survei. Kami tidak tahu apakah survei Alex bagus. Tiba-tiba sudah ada nama Alex. Mungkin ada pertimbangan khusus untuk memilih Alex. Tapi pertimbangan khusus, kalau tidak mendapat suara, akhirnya malah membuat sedih," pungkas Akbar.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Nurul Arifin mengatakan, pihaknya tentu mengevaluasi hasil Pilkada DKI Jakarta itu. Namun, menurut dia, jangan membandingkan kekalahan Golkar di DKI dengan pemilu di tingkat nasional nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar