"Ah, Bu guru Zonk!”
Begitulah teriak Fatta, siswa saya yang terkenal kritis di kelas.
Saya terperanjat. Diam seketika kemudian tertawa lepas yang diikuti suara tawa semua anak di kelas.
Ah, Bu guru Zonk |
Kejadian tersebut terjadi saat pelajaran Bahasa Jawa tentang tokoh Werkudara. Di saat saya bercerita tentang tokoh wayang tersebut, tiba-tiba Fatta melemparkan pertanyaan.
“Bu, kalau yang di Mahabharata itu..itu yang Drupadi istrinya siapa, Bu?”
Jleb! Karena saya tidak hobi nonton Mahabharata alhasil tak tahu lah jawabannya. Apalagi saya termasuk lemah kalau harus berkutat dengan materi sejarah.
“Bu guru tidak tahu Ta, nanti Bu Ika cari dulu ya?” dan jawaban dia?
“Ah, Bu guru Zonk!”
Hahahaha. Kalau ingat kejadian hari itu saya hanya cengengesan.
Tak ada sakit hati. Yang ada adalah rasa malu. Saya seorang guru, panutan mereka, yang dianggap mereka serba bisa, pertanyaan segampang itu saya tidak bisa.
Ah, Bu guru ZONK!
Karena Fatta, kini saya sering menonton acara Mahabharata. Kali-kali kalau ada anak yang tanya lagi jadinya tidak mengecewakan mereka lagi. Akan tetapi, kejadian tersebut memberikan pelajaran penting untuk saya. Lebih baik saya mengatakan tidak tahu dan kemudian mencarikan jawabannya di lain waktu dibandingkan saya harus mengarang jawaban dan ternyata jawaban itu tidak tepat. Pembodohan masal namanya. Dan parahnya ini semua akan diingat mereka sampai nanti dewasa.
Manusia. Ingin rasanya tidak ada lagi kata-kata, “Ah, Bu guru Zonk!” Jalan satu-satunya adalah saya juga harus selalu belajar. Update selalu. Jangan sampai saya hanya meminta anak-anak untuk rajin belajar sedangkan saya hanya berleha-leha. Kapan anak-anak jadi penerus bangsa yang berkualitas?
Good bye Bu Guru Zonk!
0 komentar:
Posting Komentar