Saya memposting tulisan ini sesaat setelah saya selesai membuat surat pengunduran diri yang selama ini saya idam-idamkan. Ya, akhirnya saya berani mengambil langkah ini. Yang awalnya saya piya piye, akhirnya saya pun berontak. Tak kuat.
Belum ada enam bulan saya bekerja, tapi rasanya saya tak sanggup kalau harus menghabiskan masa kontrak kerja selama satu tahun di tempat kerja part time yang satu ini. Tempat kerja saya yang satu ini adalah salah satu bimbel terkenal berwarna biru tua. Sebenarnya pekerjaan ini jiwa saya, tapi orang di baliknya yang membuat saya tidak kuat kalau lama-lama bekerja di sana.
Berkali-kali saya menguatkan diri, “Ayolah, di manapun kamu bekerja kamu pasti akan menemukan orang yang sama.” Maaf, tapi saya melambaikan tangan. Sudah tak bisa lagi dikompromi.
Pernah, awal melamar di tempat tersebut saya mendapat nasihat dari guru saya, “Jangan sampai kamu diperalat mereka.” Dan ternyata, ya! Eits, ini tak berlaku di tempat lain dengan nama bimbel yang sama ya. Soalnya teman saya di tempat lain oke-oke saja adem ayem sejahtera.
Berbagai kasus yang saya alami, mulai dari keberadaan modul yang baru muncul pas tengah semester, pergantian jadwal yang dadakan-dan saya harus mau, front office yang sering miskomunikasi dan ujung-ujungnya saya harus nunggu nggak jelas, ijin sakit yang sulitnya mint ampun, sampai-sampai cuti nikah pun ditiadakan.
Dam!
Inilah hidup. Disaat orang lain memimpikan pekerjaan saya, nah saya? Muak! Benar-benar pilihan. Wang sinawang pula. Tak selamanya bisa kerja di tempat ini dan itu akan membuat orang bahagia. Tak selamanya kerja di tempat bergengsi bisa dobel WOW bahagianya. Tapi setidaknya malam ini saya sangat bahagia karena saya berani mengambil langkah untuk resign dari pekerjaan saya yang satu ini. Kuncinya satu, rezeki akan datang bagi mereka yang mau berusaha.
0 komentar:
Posting Komentar