Pertama kalinya menggunakan kacamata adalah saat semester 3, kurang lebih 3 tahun yang lalu. Penyebabnya adalah hobi bangeet berlama-lama di depan layar komputer milik warnet depan kos. Sebenarnya bukan hobi sih, tapi kebutuhan dan tuntutan tugas kuliah. Kan dulu belum punya netbook sendiri. Jadi, kalau nongkrong bisa sampai tengah malam. Bersyukurlah bagi Anda yang saat ini tak perlu bersusah-susah cari warnet untuk numpang ngerjain tugas kuliah maupun sekolah.
Etapi, pernah nggak sih punya anggapan kalau ada orang berkacamata itu kesannya smart?? Saya dulu sebelum divonis minus kanan kiri 0,5 punya anggapan seperti itu lho, setelahnya? Ah, nggak enak berkacamata! Apalagi kalau pas di jalan naik motor terus kehujanan, beuh, buram semua. Pengen nangis *lebay.
Kacamat saya |
Ngomong-ngomong soal kacamata nih ya, saya adalah tipe orang yang tidak pernah gonta-ganti kacamata. Semenjak baru sampai sekarang. Saya hanya berpikir, ah, ini kacamata bukan untuk gaya-gayaan, gunanya sebagai alat bantu saya untuk melihat, yang penting masih bisa digunakan. Cukup.
Sebenarnya, semenjak baru, kacamata ini sudah dua kali rewel. Pertama, bantalan kecil yang nempel di hidung itu pernah hilang satu. Ada tetangga yang baik hati terus dibetulin, bisa dipakai lagi deh. Kedua, kejadiannya saat perjalanan pulang kan hujan deras, daripada makin tersiksa karena kacamata kena air, saya taruh kacamata di bagasi motor, eh pas saya buka, tangkainya copot. Panik deh saya. Setelah saya teliti di sekitar letak kacamata tadi ternyata ada mur yang jatuh. Ternyata tangkai kacamata saya hanya lepas murnya. Jadi, bisa digunakan lagi deh setelah diperbaiki.
Keinginan untuk membei kacamata baru memang ada. Tapi, nanti sajalah. Begitu pikir saya, selalu. Uangnya kan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
Eh, saya pernah lho punya pengalaman menjengkelkan yang berhubungan dengan kacamata. Tepatnya, bulan yang lalu saat ada sales kacamata datang di sekolah tempat saya mengajar.
“Bu, itu kacamatanya sudah jelek banget kok, Bu. Tidak mau lihat dulu jualan saya? Bagus-bagus lho.”
Ih, mendengar ucapan sales kacamata itu rasanya jengkel banget deh. Iya, saya tahu kalau kacamata saya sudah jelek, tapi nggak gitu juga kali kalau mau nawarin dagangan.
“Terima kasih, Mas. Lain kali saja.” jawab saya langsung kabur. Daripada saya cakar-cakar salesnya. Hihihi.
Gara-gara sales kacamata itu, di list mimpi saya pada tahun 2015 ini saya masukkan deh kalimat, “Dapat hadiah atau beli kacamata.” Semoga Allah mengabulkan. Aamiin.
Suami yang lihat kalimat tersebut senyum-senyum. Ah, entahlah senyum-senyum karena apa? Saya tipe orang yang paling anti minta-minta sama suami. Tapi ngarep banget dibelikan kacamata baru sama suami. Atau ada yang mau memberikan kado untuk ulang tahun saya di bulan April nanti berupa kacamata. Uh, senangnya kalau tiba-tiba ada tukang jasa pengiriman, Pak JNE, datang ke rumah dengan membawa bingkisan berisi kacamata.
0 komentar:
Posting Komentar