Senin, 01 Juli 2013

Mimpi Anakku


Garis halus di atas alisnya tak terhitung lagi. Rona matanya tetap indah, sekalipun telah berteduh dengan atap “panti jompo.”

Pagi ini, berteman dengan kursi rodanya dia duduk di ambang pintu gerbang.
Suara mobil mewah itu mendekat.
“Ibu...”
“Tak perlu ucapkan maaf lagi, Nak. Bukankah ini mimpimu, anakku? Ibu akan selalu menemanimu. Ketika wisudamu, hari pernikahanmu, hingga kini mendidik putra-putrimu.”
“Ibu...”
“Tak apa, Nak.”

IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog