Mbak Fardelyn Hacky, akhirnya setelah pulang dari rumah embah (nenek) aku justru ingat mau ikutan GA pertama Mbak. Itu juga karena lihat yuvoria teman-teman blogger yang lainnya. Aku nggak mau kalah juga ah~
Ngomongin tentang ibuku (biasanya aku memanggil ibu+k) yang aku ingat adalah cerewetnya. Ya, ibukku memang sangat cerewet, dan itu keturunan dari si mbah. He, tapi ngangenin juga. Sehari nggak ketemu saja sudah pengen pulang.
Nah, kalau diminta mengingat kisah yang lucu, norak, malu-maluin, atau apalah itu sebutannya, aku nemu 3 kisah nih setelah semedi dan dicolek Mbak di facebook. Dua kejadian pertama yang aku ceritakan ini terjadi saat SMP, dan yang terakhir terjadi di ramadan tahun kemarin.
Handphone Jadul
Ini kejadian terjadi pada tahun 2006-an, aku baru kelas 8 (kelas 2 SMP). Dulu aku sekolah di SMP yang kebanyakan latar belakang ekonomi keluarganya dari kalangan berada. Nah, dari teman-temanku itulah aku selalu mendapat info terbaru lebih cepat dibandingkan keluargaku atau anak-anak di kampungku. Maklum, aku kan memang orang kampung, asal nggak kampungan.
Suatu ketika ibuk bercerita padaku, “Dik, ibuk tadi ditawarin HP, ibuk mau beli HP ah, bagus lho. Ada tutupnya, ada antenanya juga.” kata ibukku menggebu-gebu.
Ku bayangkan HP yang dimaksud ibuk. Penasaran juga saya. Karena ada teman di sekolah yang HP-nya memiliki ciri-ciri yang sama seperti yang diceritakan ibuk dan bagus sekali. Masih ku ingat mereknya Motorolla.
Keesokan harinya, saking penasarannya aku pulang sekolah langsung mencari ibuk. Seperti apa HP yang dibeli ibuk.
“Buk, mana HP barunya?” tagihku pada ibuk.
“Bentar dik...apik (bagus) kok.”
Tak berapa lama ibuk keluar dari kamar dan menggenggam HP yang diceritakan. “Ini dik...”
Ibuk menunjukkan HP itu padaku. Aku diam. Terlalu tinggikah aku membayangkan cerita ibuk? Kalau ini mah jauh dengan HP yang beredar pada saat itu.
HP ibuk modelnya sama persis dengan gambar di atas, namun mereknya berbeda (Samsung) dan berwarna hitam. Maaf, HP yang asli aku cari tidak ada. Mungkin hilang waktu renovasi rumah kemarin itu. Jadi saya ambil dari mbah google.com |
Itu adalah cerita awal mula ibuk mengenal HP, dan itu pun HP pertama yang keluargaku miliki. “Walaupn jadul, yang penting bisa buat SMS dan telepon”, aku ibu sekarang setelah mengenal HP.
Celana Bolong
Masih berhubungan dengan HP baru tapi second milik ibuk. Lagi-lagi karena ibuk baru mengenal dunia per-HP-an, waktu itu ketika aku baru tiba di rumah ibuk sudah menyambutku dengan cerewetnya.
“Dik, gawat, ndang tumbas (buruan beli) pulsa, ini masa aktife habis. Nanti nak kartune hangus lho.”
Kekhawatiran ibuk memang wajar kala itu, karena dulu kartu perdana harganya mulai 20 ribu-50 ribu.
“Adik kesel (capek) kok buk.” elak ku karena baru pulang sekolah.
“Tumbas (beli) tempatnya Mbak Yung itu kan dekat tho (kan). Ayo tho cepet!” ibuk mulai cerewet lagi.
Akhirnya aku pun memenuhi perintah ibuk. Tapi sebelumnya aku harus ganti baju terlebih daulu.
“Buk, celanaku yang semalem sudah dijahit?”
“Sudah. Tapi masih di mesin jahit. Ambilo...(Ambil sana)!” jawab ibuk sambil menyalakan TV.
Aku mengambil celana tersebut dan memakainya di kamar sambil melihat layar TV (acara Korea).
“Adik....cepetan kok suwemen tho (lama sekali)!” ibuk cerewet lagi.
Aku pun berlari meninggalkan rumah dan pergi ke konter untuk membeli pulsa. Di sana, karena mejanya tinggi aku pun hanya berdiri. Selesai mengisi pulsa, aku pun hendak pulang. Namun, aku merasa ada yang aneh. Ada bapak-bapak yang duduk di toko depan konter itu senyum-senyum ke arahku. Tak ku hiraukan, aku pun berlalu.
Sesampainya di rumah, aku pun ikut nimbrung bersama ibuk menonton TV. Tak lama aku merasa lapar, aku pun berdiri dan hendak ke dapur.
“Adiiikkk....” teriak ibuk.
“Apa?”
“Celanamu bolong.”
Spontan aku meraba celanaku.
“Ibukkkk.....”
Aku pun marah sama ibuk. Tapi ibuk berdalih dikiranya celana yang aku tanyakan tadi bukan celana yang robek itu. Bapak-bapak di depan konter itu ternyata...
Pembalut
Menstruasi itu adalah kodratnya perempuan. Seperti halnya aku dan ibuk. Biasanya jadwal menstruasiku dan ibuk bersamaan namun ada kalanya juga tidak. Ramadan kala itu.
“Buk......ceguk....ceguk (suara muncul ketika aku sedang minum)....Ah....” godaku pada ibuk.
“Lah.....Adik mens?” nada suara ibuk heran dan agak jengkel.
Aku manggut-manggut. “Buk, minta pembalut, pembalutku habis kok.”
“Masih ada satu di rak kamar.”
Semua kembali ke aktifitas masing-masing. Ketika sore menjelang, aku merasa haus dan ingin minum. Pergilah aku ke dapur. Sampai dapur aku melihat ibu sedang ada di depan dispenser.
“Ibu ngapain?”
“Eh, Dik, ......ceguk....ceguk (suara muncul ketika ibu sedang minum)....Ah....” ibu melakukan hal yang sama sepertiku tadi. Aku hanya tersenyum. Aku tahu ibu hanya membalas godaanku tadi.
“Ih...ibuk nggak kreatif!”
“Ben (biarin), sini kembaliin pembalut ibuk!” teriak ibu membuatku melongo.
0 komentar:
Posting Komentar