Kamis, 13 Februari 2014

Mulia Sekali Cita-Citamu, Nak

“Aku ingin jadi Romo, Mbak.” Kata Nicho
“Romo?”
“Iyaa..” Nicho meyakinkanku.

Anak se-usia Nicho (12 tahun) ingin menjadi Romo. Luar biasa. Bagaimana tidak, ketika yang lainnya mengagungkan cita-cita sebagai dokter, polisi, ataupun guru, dia justru bercita-cita sebagai Romo. Dari cerita Nicho, Romo itu ternyata seperti kiai dalam agama Islam.

***
Cita-cita adalah keinginan seseorang yang tertanam dalam pikiran. Akan ada usaha yang dilakukan seseorang untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Bahkan ada yang rela melakukan hal-hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Misalnya, artis di negeri ini, sebagian ada yang rela melakukan operasi ini dan itu demi mewujudkan cita-cita mereka untu menjadi artis yang terkenal.

Kembali ke cita-cita. Selain ada yang berusaha, ada juga yang hanya nyonggo uang saja. Ingin jadi A tapi tak ada gerak. Ingin jadi B, tidur-tiduran saja. Halo? Move! Lakukan yang terbaik untuk menggapai cita-cita kamu.

Suatu sore saat aku menemani Nicho belajar.
“Beneran Nicho mau jadi Romo. Nggak pengen jadi dokter atau polisi gitu?” dia hanya menggeleng.
“Memangnya Nicho sudah tahu bagaimana caranya kalau jadi Romo?” dia langsung menerangkan garis besar tata cara jadi Romo sesuai apa yang dia tahu. Aku hanya manggut-manggut.

Disaat usiaku sama dengan Nicho, ketika aku ditanya cita-citaku apa, aku hanya jawab, “Jadi guru.” Itupun berubah-ubah ketika ada teman yang punya cita-cita yang lebih bagus. Hehehe, masih kayak lintang ngaleh gitu. Meskipun sekarang insyaallah akan jadi guru, bukan guru saja tapi guru yang juga aktif menulis.

Bagaimana dengan Nicho? Ini adalah kali kedua aku bertanya cita-citanya. Dulu waktu kelas 5 dia pun menjawab dengan tegas ingin menjadi Romo, sekarang sudah kelas 6 pun jawabnya sama. Terlepas apa agama dia dan apa agamaku, aku hanya bisa memotivasinya untuk menggapai cita-cita mulia dia.

“Nicho kalau mau jadi Romo harus rajin belajar.”
“Aku tahu Mbak, kalau nanti aku jadi Romo, terus akunya bodoh mana ada umatku yang percaya.” jawab Nicho.
“Hehehe,” kami tertawa bersama.

IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog