Rabu, 19 Februari 2014

Sikap Saling Menghargai


Bermula dari SMS teman yang memintaku untuk menggantikannya mengisi acara di suatu kampus. Sebelum memutuskan ya, aku meminta pertimbangan beberapa orang termasuk ibuku. Semua bilang oke, maka aku menyetujui tawaran temanku itu. Itung-itung menyalurkan hobiku.

Ika mendongeng untuk anak-anak PAUD
Sehari kemudian ada yang SMS, kusebut si A, "Mbak, bisa mengisi dongeng di acara ini?" Aku tanyakan beberapa hal berkaitan dengan kegiatan tersebut, seperti tema, jumlah audience yang datang, dan yang dikehendaki nanti aku mendongeng untuk siapa. Dari beberapa pertanyaan yang aku tanyakan yang pasti jawabannya hanya target mendongengku nanti adalah anak TK. Oke.

Aku bertanya lagi, "Acara itu kapan?" Si A menjawab awal bulan Februari. Wah berarti masih lama ya. Sekitar sebulanan, batinku. Satu minggu dari SMS tersebut, si A meminta ketemuan. Baiklah, akhirnya aku pergi ke kampus tersebut dengan tujuan ya bertemu dengan si A. Aku parkir motorku dan kemudian mengambil handphone hendak menghubungi si A untuk menanyakan di mana posisinya.


Wah, ternyata ada 3 panggilan masuk dan 4 SMS dari si A yang menanyakan posisiku. Langsung kupencet keypad handphoneku, "Ini sudah sampai. Saya tunggu di tempat sono." Lama aku menunggu si A. 10 menit kemudian si A datang. Tak ada 5 menit kami mengobrol kemudian dia pamit. Batinku, lah kok obrolannya sama dengan yang di SMS. Kalau kayak gini mending ketemunya nanti saja kalau sudah pasti tangggal dan jam mainnya. Hadeh.

Ku anggap semua baik-baik saja. Lumrah, mahasiswa baru mencicipi acara besar. Mungkin.

Seminggu sebelum hari H. Si A SMS aku lagi.
"Mbak jangan lupa Kamis depan ya, nanti jam 8, ada 70 anak TK yang hadir."
Aku iya kan. Aku pun mempersiapkan dongeng apa yang akan aku bawakan dan medianya. Sampai pada SMS dari sebuah nomor (kusebut si B) yang mengatas namakan panitia acara tersebut.

"Mbak, besok bisa kan dongeng? Dari ...."
Aku yang baru tahu ada SMS tersebut Rabu pagi (19 Februari 2014) syok. SMS itu pun dikirim hampir pukul 21.00 disaat aku sudah tidur karena kelelahan habis nguli seharian.

"Loh, bukannya besok ya? Kan kesepakatan awal dari si A Kamis." balasku.
"Seharusnya hari ini, Mbak". jawab si B lagi.
"Wah, kalau hari ini aku nggak bisa. Sudah ada acara."

Si B mengucapkan maaf dan mengutarakan kalau aku nggak bisa nggak papa. Hem, ada sedikit rasa kecewa dalam hatiku. Setelah aku persiapkan tapi ternyata malah seperti ini.

Aku pun sms si A untuk memastikan apakah kabar tersebut benar adanya. Apa jawaban si A?

"Aku kurang tahu, Mbak. Aku lagi nggak di sana (kumpul dengan panitia). Coba tanya di no ini, Mbak."

Setelah kulihat, ternyata itu nomor si B. Ah, terasa sangat lucu semua ini. Anggota satu dengan anggota lainnya seperti tak ada komunikasi dan parahnya justru menimbulkan rasa tidak nyaman pada orang lain. Siapa lagi kalau bukan aku? Okelah, aku ini memang bukan pendongeng ulung, usia kami juga sama, tapi setidaknya kalau ada komunikasi yang jelas, tidak akan ada yang merasa tidak dihargai karena waktu, pikiran dan tenaga telah hilang sia-sia.

Ku kembalikan lagi ke Allah, mungkin dahulu aku pernah (juga) tidak menghargai, suka menyepelekan orang lain sehingga sekarang aku juga mendapat perlakuan yang sama. Aku juga berpikir ini akan ada hikmahnya. Aku tak diijinkan pergi oleh Allah karena suatu hal. Entah apa lihat saja nanti.

Mari, belajar menghargai orang lain, sekecil apapun itu!
IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog