Jumat, 20 Maret 2015

Sulistyo : Guru Honorer Gaji Tak Manusiawi dan Nasib Tak Jelas

Sulistyo : Guru Honorer Gaji Tak Manusiawi dan Nasib Tak Jelas - Merupakan tajuk kali ini Sulstyo ketua umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah dan sedangmemperjuangkan gaji guru honorer paling tidak setara dengan UMK (Upah Minimum Kota) kini menjadi suram karfena sampai sat ini belum direalisasikan oleh Pemerintah. Bergaji Rp. 100 ribu sampai 200 ribu perbulan. merupakan penggajian yang tak wajar.

Guru Honorerlah Orangnya
Sulistyo Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menilai, status kepegawaian guru honorer tidak jelas. Bahkan gaji yang diterima guru honorer menurut Sulistyo masuk akal, “Honornya juga tidak manusiawi,” kata Sulistyo di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (18/3).

Guru-guru honorer seharusnya yang didahulukan untuk diseleksi menjadi CPNS. Namun ia menemukan ‘permainan’ data di tingkat kabupaten-kota. kata Sulistyo, “Pemerintah sebenarnya tidak punya data pegawai guru Kategori 1 dan Kategori 2. Setelah kami minta MenPANRB untuk memprosesnya, baru kemudian BKD melakukan pendataan. Di saat itulah data-data siluman/bodong banyak dimasukkan. Motif siluman itu ya untuk menggolkan orang-orang yang dekat dengan pusat kekuasaan untuk diterima menjadi PNS,” papar dia.

Pemerintah dalam pandangan PGRI tidak memiliki data akurat tentang jumlah guru di Indonesia. Selama ini jumlah guru dinilai sudah cukup. Padahal menurut catatan PGRI, jumlah guru disebut sudah cukup karena menyertakan guru honorer dalam daftar ketersediaan pahlawan tanpa jasa itu.

“Ini serius kami sampaikan, Pemerintah menggunakan data menyesatkan yang menyebut bahwa guru itu jumlahnya berlebihan di Indonesia. Itu sungguh-sungguh salah,” katanya.

Sulistyo menuturkan data yang selama ini digunakan Pemerintah adalah termasuk jumlah guru honorer yang belum berstatus PNS. Sehingga seolah-olah kebutuhan guru di dalam negeri sudah lebih dari cukup. “Padahal, merekalah (guru honorer) yang sekarang mengisi kekurangan guru itu. Sehingga seolah-olah kebutuhan guru di Indonesia sudah cukup,” ucap dia.

Semoga kedepan guru honorer yang mengabdikan tenaga, waktu, dan materi bisa diperhatikan dengan serius baik pemerintah pusat dan daerah, sehingga pekerjaan guru benar-benar bermartabat di Indonesia (sumber :republika.co.id)

[http://www.infosekolah.net]
IKLAN 3

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog