Assalamualaikum.
Oh...Mukena Parasit.
Saking menikmatinya hidup ini, tak terasa ramadhan akan datang lagi. Sungguh kebahagiaan yang tak ada gantinya bila bisa bersua lagi dengan bulan yang suci itu. Dulu, saat takbir berkumandang memenuhi relung-relung dunia ini, doa itu pasti terselip.
“Ya Allah pertemukanlah kami dengan ramadhan-Mu tahun depan.”
Ramadhan, apa sih yang identik dalam hal menyambut bulan ramadhan? Di keluarga saya sendiri yang paling identik dengan ramadhan adalah nyuci mukena. Ih, seminggu sebelum ramadhan pasti mukena akan berjejer di jemuran dan saat masuk ke almari sudah wangi semua. Jadi, saat adzan sholat tarawih berkumandang, kami sekeluarga tinggal cus ke masjid dengan semakin mantab.
Ngomong-ngomong soal mukena, saya jadi ingat salah satu postingan di blog saya yang satu ini, "Mukena Parasit". Di postingan tersebut saya ceritakan pengalaman saya mengenakan mukena parasit yang sering menimbulkan gangguan. Salah satunya adalah mukena yang terbang karena terkena angin. Bisa ditebak itu menyebabkan sholat yang tidak khusyuk.
Gangguan yang sering muncul saat sholat dengan mukena parasit |
Tak lupa saya juga menawarkan solusi untuk mengatasi gangguan yang sepele tapi tidak bisa disepelekan.
Solusi yang saya tawarkan |
Berani menulis, berani mem-publish, harus berani juga menerima konsekuensi yang muncul setelah tulisan kita dibaca orang. Ya, setelah postingan tersebut dibaca sekitar 500 kali dan dikomentari banyak orang, saya justru tercengang. Seperti mendapat tamparan halus dari Allah.
Bagaimana tidak? Di antara komentar yang diberikan pembaca, komentar berikut sangat menohok untuk saya.
Komentar tentang mukena yang sangat nendang |
Inti dari komentar tersebut adalah begini.
"Untuk duniawi mau mengeluarkan uang segepok, kenapa untuk urusan dengan Allah jadi perhitungan?"
Tarik napas dalam-dalam. Benar, benar, dan benar. Hati saya rasanya luluh lantah. Dengan alasan lebih simpel dan murah tega merelakan urusan sholat. Sangat benar. Bukankah sudah jelas, bagaimana kita memposisikan Allah, begitu pula Allah memposisikan kita.
Semenjak adanya komentar itu, sedikit demi sedikit saya berusaha mengurangi penggunaan mukena parasit yang saya miliki. Setiap kali pergi, mukena parasit itu saya tukar dengan mukena yang lebih tebal dan jatuh kainnya (agar tidak terbang saat ada hembusan angin). Dulu alasannya saat pergi lebih memilih membawa mukena parasit karena lebih simpel dan ringan. Ah, kalau membawa mukena yang bukan parasit kan tak ada 1 kg ya beratnya?
Nah, apakah Anda masih sering memilih mukena parasit dibandingkan mukena lainnya? Yuk, ah kita pensiunkan mukena parasit!
0 komentar:
Posting Komentar