Asalamu'alaikum wr.wb. salam sejahtera untuk guru-guru seluruh indonesia...
mari simak informasi terbaru berikut ini....
Sebanyak 42 persen guru peserta UKG yang nilai di bawah standar akan diikutkan dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Soal teknisnya, masih menunggu Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) dari Pemerintah Pusat.
Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno, berpendapat, UKG pada satu sisi dinilai baik. Tetapi, pada sisi lain, menimbulkan ekses negatif. Terutama, menimbulkan stres bagi guru.
Ketika guru mendeklarasikan guru profesional, tetapi kenyataan masih di-tes lagi. ''Adanya tes seperti itu, menunjukkan guru belum profesional,'' jelas Prof Harun.
Ihwal pemetaan hasil UKG yang cenderung kurang menggembirakan, bahkan yang lulus jauh dari harapan, menurut Harun, perlu ditinjau ''apakah memang UKG diperuntukkan pemetaan atau berfungsi sebagai kelulusan.''
Kalau berfungsi sebagai kelulusan, karena UKG base-nya adalah teori. Menurut, Prof Harun, hal demikian tidak relevan. Karena, untuk bisa menjadi sosok guru profesional, tidak hanya sebatas teori. Karena untuk menentukan lulus atau tidaknya UKG, tidak cukup hanya teori, tetapi perlu alat ukur instrumen lain.
Alat ukur instrumen lain, kata Prof Harun, ''alat ukur yang bisa menunjukkan kesejatian guru kalau mengajar. Saya kira kalau guru mengajar sudah bisa mencerahkan, menggembirakan, dan memajukan siswa dari tidak tahu menjadi tahu, berarti UKG-nya sudah bagus''.
Sumber ; ( http://www.republika.co.id/ )
Demikian informasi terbaru yang dapat saya berikan....
semoga bermanfaat.....
mari simak informasi terbaru berikut ini....
Sebanyak 42 persen guru peserta UKG yang nilai di bawah standar akan diikutkan dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Soal teknisnya, masih menunggu Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) dari Pemerintah Pusat.
Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno, berpendapat, UKG pada satu sisi dinilai baik. Tetapi, pada sisi lain, menimbulkan ekses negatif. Terutama, menimbulkan stres bagi guru.
Ketika guru mendeklarasikan guru profesional, tetapi kenyataan masih di-tes lagi. ''Adanya tes seperti itu, menunjukkan guru belum profesional,'' jelas Prof Harun.
Ihwal pemetaan hasil UKG yang cenderung kurang menggembirakan, bahkan yang lulus jauh dari harapan, menurut Harun, perlu ditinjau ''apakah memang UKG diperuntukkan pemetaan atau berfungsi sebagai kelulusan.''
Kalau berfungsi sebagai kelulusan, karena UKG base-nya adalah teori. Menurut, Prof Harun, hal demikian tidak relevan. Karena, untuk bisa menjadi sosok guru profesional, tidak hanya sebatas teori. Karena untuk menentukan lulus atau tidaknya UKG, tidak cukup hanya teori, tetapi perlu alat ukur instrumen lain.
Alat ukur instrumen lain, kata Prof Harun, ''alat ukur yang bisa menunjukkan kesejatian guru kalau mengajar. Saya kira kalau guru mengajar sudah bisa mencerahkan, menggembirakan, dan memajukan siswa dari tidak tahu menjadi tahu, berarti UKG-nya sudah bagus''.
Sumber ; ( http://www.republika.co.id/ )
Demikian informasi terbaru yang dapat saya berikan....
semoga bermanfaat.....
0 komentar:
Posting Komentar