Assalamualaikum.
Sudah pernah naik BRT Trans Semarang? Salah satu bus andalan kota Semarang ini memang perlu diacungi jempol. Loh kenapa? Pasalnya, hari ini saat saya pergi ke Semarang, saya merasakan kenyamanan naik BRT Trans Semarang. Kira-kira setahun lalu belum kayak gini deh.
Pagi tadi, saya pergi ke Semarang dengan tujuan ke BKIM Semarang tepatnya daerah simpang lima. Karena sedang hamil, saya memilih untuk naik bus saja daripada naik motor. Apalagi banyak sekali titik perbaikan jalan yang mengakibatkan macet dimana-mana. Berangkat lah saya dari rumah sekitar pukul 06.30 WIB.
Di pertigaan dekat rumah, saya menunggu bus jurusan Purwodadi-Semarang. Eh, malah dapat bus Juwangi-Semarang. Naik ah daripada kesiangan. Dengan biaya Rp 6.000, akhirnya saya sampai di terminal Penggaron, perjalanan jadi 1,5 jam gara-gara macet.
Turunlah saya di dalam terminal Penggaron. Kemudian menuju ke halte BRT Trans Semarang dan membeli tiket jauh dekat seharga Rp 3.500 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar. Masuklah saya ke dalam bus. Hanya ada 5 penumpang, termasuk saya. Tak menunggu lama, BRT Trans Semarang pun berangkat. Wuusss...wuusss....wusss....
Karcis BRT Semarang Kiri-saat pulang dan kanan-saat berangkat |
Kenyamanan pun dimulai. Saat sampai di halte pertama, penumpang pun pada masuk. Ada beberapa penumpang laki-laki dan juga perempuan. Mbak kondektur pun beraksi. “Monggo Pak, Mas, laki-laki di kursi depan. Mbak, Ibu monggo di belakang.”
Ini nih yang beda. Terakhir kali naik BRT Trans Semarang penumpangnya masih campur jadi satu. Laki-laki dan perempuan duduk berdampingan, bebas. Kali ini dipisah, saya senang sekali *jingklak-jingklak*. Karena apa? Karena kalau saya tidur kan tidak malu kalau dilihatin. Hihihi. Oh, jangan-jangan adanya peraturan baru ini karena pernah ramai kasus pelecehan di bus Trans Jakarta itu!
Eits, tunggu dulu! Pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan tidak selamanya berlaku lho. Salah satunya ya kalau ada penumpang anak-anak atau balita laki-laki, tak mungkinlah kalau dipisahkan dengan ibunya, sebaliknya. Satu lagi kejadian yang saya temui tadi. Ada seorang anak perempuan yang merengek, “Duduk sini, Ayah! Ayaaah...”
Mbak kondektur pun dengan sigap langsung meng-iyakan permintaan anak tersebut, “Monggo, Pak. Tidak papa duduk samping keluarganya.”
Berbeda lagi saat perjalanan pulang. Ada seorang ibu muda menggendong bayinya. Tepat di samping ibu muda itu duduk seorang laki-laki yang saya duga suaminya.
Jadi, pemisahan penumpang di dalam BRT Trans Semarang bisa disesuaikan dengan sikon. Tidak kaku. Dengan adanya peraturan tersebut, saya rasa tingkat kenyamanan yang dirasakan penumpang lain juga akan semakin meningkat.
Bagaimana tidak? Harga tiket yang murah-tetap meskipun BBM naik, tepat waktu, dan pemisahan penumpang sudah diperhatikan. Namun, alangkah lebih baiknya lagi kebersihan di dalam bus juga semakin ditingkatkan lagi. Biar makin top markotop!
Ah, wisatawan yng datang ke Semarang perlu nyobain BRT Trans Semarang nih! Yuk, ke Semarang! Jangan lewatkan kenyamanan BRT Trans Semarang saat Anda ingin menjelajahi kota atlas ini.
0 komentar:
Posting Komentar