Assalamualaikum.
Nada dering asli dari HP saya berbunyi. Siapa sih pagi-pagi gini telepon? Saya paling males mengangkat telepon saat hendak berangkat ke sekolah. Menengok layar HP. Nama yang muncul dan berkedip-kedip itu...
"Ortu R....."
Nama orang tua murid saya yang baru (saya ceritakan di sini). Ada apa? Batin saya.
"Assalamualaikum..." sapa saya.
"Wallaikumsalam. Maaf Bu, pagi-pagi saya telepon. Ini saya orang tua R.... Boleh minta tolong ya Bu, saya tolong dipinjami buku paket Matematika, Bu. Nanti saya fotokopi. Untuk belajar R... di rumah."
"Oh ya, nanti saya berikan ke R...." jawab saya.
"Bu, R... kalau di sekolah seperti apa ya, Bu? Bisa mengikuti tidak?"
"Jujur ya, Pak. Sebenarnya di sekolah R... tidak bisa mengikuti pelajaran seperti yang lainnya. Untuk menulis pun sering tidak mau. Jadi, saya ya tidak bisa memaksakan kalau dia harus bisa mengikuti pelajaran seperti teman-temannya. Sementara ini biarlah seperti ini dulu. Mohon bantuannya kalau di rumah Bapak pantau. Di sekolah biasanya say aberi tugas sendiri yang beda dengan teman-temannya. Dan usahakan setiap hari R... tetap masuk agar bisa bersosialisasi dengan teman-temannya."
Telepon akhirnya baru ditutup setelah pembicaraan hampir 10 menit. Menyita waktu saya memang. Akan tetapi, ada rasa senang juga kalau ada orang tua murid yang perhatian kepada anaknya seperti ini. Sungguh jarang orang tua murid di tempat saya yang perhatian pada perkembangan anak di sekolah.
Lagi-lagi saya hanya ingin mengatakan kalau kesuksesan anak tidak hanya terletak pada peran seorang guru saja, akan tetapi peran orang tua dan lingkungan juga. Jadi, marilah kita saling memperhatikan anak-anak. Agar kelak, tak ada kata penyesalan.
0 komentar:
Posting Komentar