“Ah guru baru, GTT, bisa apa sih?”
“Nanti kalau saya tidak bisa bagaimana? Nanti kalau ini bagaimana?”
“Anak-anak bagaimana?”
***
Banyak alasan tidak akan maju. Sudahlah dicoba dulu. Bagaimana nanti urusan belakang. Itulah yang saya ucapkan pada diri saya sendiri setelah semua terjadi. Dan hanya penyesalan yang ada.
***
Yang guru pasti pada tahu ya kalau akhir-akhir ini banyak kegiatan lomba yang diadakan untuk memperingati HUT PGRI (beda tempat beda cerita juga sih ya). Nah, di tempat saya ada lomba voli tingkat kecamatan. Diharuskan masing-masing gugus mengeluarkan atlet guru Pa dan guru Pi.
Bagian bapak guru yang latihan voli |
Alhasil, beberapa guru di sekolah saya pun mengikuti latihan voli yang nantinya akan dipilih tim inti, masing-masing 6 orang baik untuk Pa dan Pi. Jujur, selama latihan saya sedikit ogah-ogahan meskipun kata teman-teman saya ini bisa main voli dibandingkan yang lainnya. Entahlah, saya berat banget meninggalkan anak-anak. Ditambah lagi cuaca yang sangat tidak bersahabat. Apalagi setelah pulang sekolah saya harus nguli lagi. Lama tidak olah raga jadi rasanya tubuh cepat capek. Banyak alasan!
Setelah seminggu latihan, pas hari Kamis, ada latihan lagi. Sayang seribu sayang, bersamaan dengan puasa sunah (seharusnya nggak jadi alasan ya, hiks) saya pun tidak berangkat latihan. Dan apa yang terjadi? Hari itu dibentuklah tim inti.
“Wah, Bu...Bu... kenapa tidak berangkat? Harusnya kan kamu ikut tim inti. Coba tadi kamu bernagkat, Bu.”
Lesu.
Menyesal? Iya! Tapi apa guna? Kemarin sih malas-malasan. Ogah-ogahan. Padahal ini adalah pembuktian, kesempatan untuk menunjukkan siapa saya ini. Bukankah memang guru itu tugasnya tidak hanya mengajar di dalam kelas ya? Haduh! Catat!
Pernahkah Anda mengalami hal yang sama, melewatkan kesempatan yang berharga??
0 komentar:
Posting Komentar